Total Tayangan Halaman

Senin, 05 Januari 2015

KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN

I.          KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN
A.    Pembebanan Biaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, biaya adalah uang yang dikeluarkan untuk mengadakan sesuatu. Definisi tersebut secara jelas mengartikan bahwa biaya merupakan sebuah pengobanan atas uang yang dimiliki. Pengartian biaya yang hanya mendasarkan pada bentuk uang merupakan pengartian biaya dalam arti sempit. Secara luas, pengertian biaya dapat merujuk kepada segala pengorbanan yang harus diserahkan atas tindakan atau pilihan yang diambil.
Menurut Hansen dan Mowen (2007) pengertian tersebut memiliki tiga unsur yang menjadi acuan sebuah hal disebut sebagai biaya (cost). Pertama adalah kas atau nilai setara kas. Hal tersebut menunjukkan bahwa biaya tidak selalu harus berupa uang (kas), tetapi bisa juga berupa hal lain yang dapat bernilai uang. Unsur yang kedua yaitu pengorbanan atas uang atau setaranya untuk mendapatkan barang dan jasa yang diharapkan, menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh organisasi harus memberi timbal balik yang diharapkan akan diterima. Organisasi tidak begitu saja mengeluarkan uang (atau setara uang) tanpa memikirkan hasil dari pengeluaran tersebut. Unsur yang terakhir adalah manfaat saat ini maupun masa depan yang diharapkan organisasi dari biaya yang telah dikeluarkan. Organisasi biasanya memiliki tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Biaya yang ditanggung atau dikeluarkan organisasi tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Biaya yang diharapkan untuk menghasilkan manfaat jangka panjang biasanya disebut dengan investasi.
Biaya dapat dibedakan dengan beban, semua beban adalah biaya tetapi tidak semua biaya menjadi beban. Perbedaan utamanya terletak pada sifat timbal baliknya. Biaya merupakan pengorbanan yang diharapkan manfaatnya masa kini maupun di masa mendatang, tetapi beban merupakan biaya yang telah dipakai dan tidak lagi dapat memberi manfaat di masa yang akan datang. Contoh dari biaya seperti pembelian bahan baku, sewa dibayar dimuka, pembelian aset, dan lain sebagainya. Contoh dari beban seperti beban listrik, beban gaji, beban administrasi, dan lain sebagainya. Perbedaan lain ada pada penyajiannya dalam laporan keuangan. Jika beban disajikan dalam laporan laba-rugi perusahaan, maka biaya dilaporkan dalam laporan arus kas.
Seorang manajer keuangan haruslah memahami betul konsep tentang biaya. Dalam operasional perusahaan komersial, biaya yang dapat menjadi beban harus diperhitungkan dengan cermat sebagai dasar manajemen untuk membuat keputusan dan menghindarkan perusahaan dari kerugian. Beban yang terjadi pada kegiatan operasional perusahaan yang sehat lebih kecil dari pendapatan yang diperolehnya, jika tidak maka dipastikan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian. Selain itu dengan memahami konsep biaya, manajer keuangan dapat memberikan keputusan untuk menghentikan atau melanjutkan proyek yang sedang berjalan, mengestimasi keuntungan, dan menghindari resiko kerugian.
Objek biaya merupakan konsep tentang biaya yang tidak kalah pentingnya. Objek biaya merupakan sebuah tujuan atau sasaran dimana biaya diukur dan dibebankan sesuai dengan satuannya. Objek biaya dapat berupa segala sesuatu yang dapat diidentifikasi, misalnya departemen, produk, batch, pelanggan, proyek, pesanan, proses, aktivitas, program, dan lain sebagainya. Pada awal perkembangan perhitungan biaya pada perusahaan, objek biaya yang dipakai adalah berdasarkan produk, yaitu berupa hasil akhir dari proses produksi. Namun, beberapa tahun belakangan perusahaan banyak memakai aktivitas sebagai objek biaya. Penggunaan aktivitas sebagai objek biaya memiliki keunggulan pada bagian pengendalian biaya. Selain itu, penggunaannya tidak hanya dalam lingkup perusahaan manufaktur tetapi dapat juga dipakai pada perusahaan jasa. Contoh penggunaan aktivitas sebagai objek biaya antara lain kegiatan perakitan, finishing, persiapan, pemasangan bagian tertentu, dan lain sebagainya.
Setelah menentukan objek-objek biaya yang akan dipakai, maka tugas manajer keuangan selanjutnya adalah melakukan pembebanan biaya pada objek yang telah ditetapkan. Menurut Hansen dan Mowen (2007), ada tiga metode pembebanan biaya, antara lain:
1.         Direct Tracing (Penelusuran Langsung)
Direct tracing merupakan penelusuran yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan membebankan biaya yang berkaitan langsung dan fisik dengan sebuah objek biaya. Penelusuran pada umumnya dilakukan dengan cara pengamatan fisik komponen pembentuk produk. Misalnya biaya untuk membuat sebuah baju antara lain bahan kain, kancing, benang, resleting, tenaga kerja, dan lain sebagainya. Penelusuran langsung memiliki kelemahan pada pembebanan biaya atas hal-hal yang secara tidak langsung berhubungan dengan sebuah produk, misalnya jasa listrik, depresiasi alat, dan lain-lain.

2.         Driver Tracing (Penelusuran Penggerak)
Driver tracing dapat diartikan sebagai penggunaan penggerak aktivitas untuk membebankan biaya pada objek biaya. Penggerak (driver) diartikan sebagai faktor yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan sumber daya dan memiliki hubungan sebab-akibat dengan biaya yang berhubungan dengan objek biaya. Diver tracing biasanya kurang akurat jika dibandingkan dengan metode penelusuran langsung.
3.         Indirect Cost/Allocation (Alokasi/Biaya Tidak Langsung)
Biaya tidak langsung merupakan biaya-biaya yang tidak memiliki hubungan kausal secara langsung dengan sebuah objek biaya, sehingga tidak memungkinkan untuk membebankan biaya dengan cara penelusuran langsung maupun melalui penggerak (driver). Sebagai akibat dari tidak adanya hubungan antara biaya yang terjadi dengan objek biaya maka pengalokasian biaya tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan estimasi dan asumsi manajer keuangan.

B.     Harga Pokok Produk dan Jasa
Perusahaan komersial pada dasarnya menghasilkan produk untuk mendapatkan pemasukan (income). Produk tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yang cukup berbeda, yaitu barang (tangible product) dan jasa (intangible product). Barang atau produk berwujud biasanya dihasilkan dari pengolahan bahan baku hingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, seperti mobil, alat elektronik, makanan, furnitur, dan lain-lain. Barang memiliki wujud fisik yang nyata dibandingkan dengan jasa. Jasa atau produk tak berwujud biasanya berupa aktivitas pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membantu kepentingan konsumen dengan menggunakan fasilitas milik perusahaan, contohnya persewaan, jasa audit, jasa penilai, perbankan, dan lain sebagainya. Perbedaan jasa terhadap barang yang utama dapat diidentifikasi dalam empat dimensi, antara lain:
1.         Intangibility
Jasa merupakan sebuah produk yang tidak berwujud secara fisik. Maksudnya keberadaan produk tersebut tidak secara nyata dapat diidentifikasi oleh panca indera manusia, tetapi manfaatnya dapat dinikmati oleh komsumen. Misalnya jasa audit, konsumen tidak mengetahui bentuk fisik/proses audit tersebut seperti apa, tetapi merasakan manfaat dari adanya kegiatan audit.
2.         Perishability
Jasa merupakan produk yang tidak tahan lama, maksudnya adalah pemanfaatan produk berupa jasa hanya dilakukan pada saat tertentu saja. Misalnya jasa pengamanan, produk jasa tersebut hanya bisa dinikmati sepanjang kontrak/kesepakatan dibuat, lebih dari waktu yang disepakati jasa tersebut sudah tidak dapat dinikmati lagi secara langsung.
3.      Inseparability
Jasa merupakan produk yang tidak dapat memisahkan antara konsumen dan produsennya. Kedua belah pihak berhubungan secara langsung dalam transaksi jasa ini.
4.      Heterogenity
Produk jasa memiliki variasi yang sifatnya luas menyesuaikan dengan kepentingan konsumen. Namun, produk jasa hendaknya memiliki sebuah standar sebagai kontrol atas varian kepentingan konsumen.
Harga pokok produk merupakan pembebanan biaya yang digunakan untuk mendukung tujuan manajerial perusahaan secara spesifik. Harga pokok produk yang disajikan untuk masing-masing tujuan dapat berbeda. Hal ini sesuai dengan prinsip dalam akuntansi biaya yaitu penetapan biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda pula. Oleh karena itu perusahaan membutuhkan informasi tentang semua pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan suatu produk yang didukung oleh internal value chain. internal value chain perusahaan merupakan seperangkat aktivitas yang dibutuhkan untuk mendesain mengembangkan, memproduksi, memasarkan, mendistribusikan, dan melakukaan pelayanan produk.  Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan objek dimana biaya dibebankan. Untuk tujuan yang berbeda, informasi yang diambil berdasarkan objek biaya juga berbeda. Misalnya untuk membuat keputusan strategis perusahaan, maka seluruh biaya atas aktivitas-aktivitas tersebut harus diungkapkan. Berbeda jika untuk tujuan analisis taktis manajemen, hanya beberapa aktivitas saja yang diungkapkan. Untuk penyajian laporan keuangan eksternal, perusahaan biasanya hanya mencantumkan biaya produksinya saja.
Harga pokok produk dalam perusahaan manufaktur biasanya berasal dari biaya produksi yang menghitung tiga jenis biaya, antara lain:



1.      Direct Material (Bahan Langsung)
Bahan langsung merupakan bahan baku produksi yang secara fisik dapat ditelusuri langsung kepada sebuah produk. Biaya bahan langsung dibebankan pada biaya produk.
2.      Direct Labor (Tenaga Kerja Langsung)
Tenaga kerja langsung adalah waktu dan tenaga yang dapat ditelusuri secara langsung kepada produk yang dihasilkan. Item ini biasanya dihitung dengan satuan waktu atau lama pekerja menyelesaikan sebuah pekerjaan. Pengamatan secara fisik/langsung dilakukan untuk mengidentifikasi besar biayanya.
3.      Overhead
Overhead merupakan pos terakhir dimana biaya-biaya yang ada tidak dapat dimasukkan pada bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead juga menampung biaya-biaya tidak langsung yang dipakai untuk mendukung produksi.
Selain pengelompokan ketiga biaya tersebut terdapat pula pengelompokan yang merupakan kombinasi biaya yang dikenal dengan biaya utama dan biaya konversi. Biaya Utama merupakan gabungan antara direct material dan direct labor. Sedangkan biaya konversi adalah gabungan antara biaya direct labor dan biaya overhead. Biaya konversi pada konsepnya adalah biaya yang dibutuhkan untuk mengubah bahan baku menjadi produk olehan atau produk jadi.
Adapula biaya yang muncul diluar dari biaya untuk memproduksi barang, yang bisa disebut dengan biaya non-produksi. Biaya Non-produksi pada umumnya dibedakan menjadi biaya penjualan dan biaya administrasi.  Biaya penjualan biasa disebut dengan biaya mendapatkan pesanan dan biaya memenuhi pesanan yang terdiri dari biaya pemasaran, distribusi, dan biaya pelayanan pasca penjualan. Sedangkan biaya administrasi yaitu seluruh biaya yang tidak dapat dibebankan pada produksi maupun penjualan yang meliputi pengembangan, layanan administrasi, dan lain sebagainya.

C.    Penyusunan Laporan Laba Rugi
1.      Laporan Keuangan Eksternal
Untuk memenuhi kebutuhan pelaporan eksternal, biaya-biaya diklasifikasikan berdasarkan fungsi. Ketika menyusun laporan laba-rugi , biaya produksi dipisahkan dari biaya penjualan dan administrasi. Hal ini dilakukan karena biaya produksi dipandang sebagai harga pokok produk, sedangkan biaya penjualan dan administrasi dipandang sebagai biaya periode. Jadi, biaya produksi yang melekat pada produk yang terjual diakui sebagai beban (harga pokok penjualan) pada laporan laba-rugi. Biaya produksi yang melekat pada produk yang belum terjual dilaporkan sebagai persediaan di neraca. Beban penjualan dan administrasi dianggap sebagai biaya periode dan harus dikurangi setiap periode sebagai beban dan hal ini tidak tampak pada neraca.
2.      Laporan laba rugi: perusahaan manufaktur
Laporan laba rugi berdasarkan klasifikasi fungsional pada perusahaan manufaktur ditunjukkan pada contoh berikut ini:
PT HARIYO
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013

Penjualan                                                                                                         Rp. xxx
Dikurangi Harga Pokok Penjualan
            Persediaan awal barang jadi                            Rp. xxx
            Ditambah:  Harga Pokok Produksi                 Rp. xxx    +
Barang yang tersedia untuk dijual                              Rp. xxx
            Dikurangi: Pesediaan Akhir Barang Jadi                    Rp. xxx    -      Rp. xxx    +
Margin Kotor                                                                                                  Rp. xxx
Dikurangi beban operasi:
            Beban penjualan                                              Rp. xxx
            Beban administrasi                                          Rp. xxx    +                 Rp. xxx   -
Laba sebelum pajak                                                                                         Rp. Xxx

Pemasukan yang dihitung menurut klasifikasi fungsional sering disebut sebagai perhitungan pemasukan biaya absorbsi (full costing) karena semua biaya manufaktur dibebankan pada produk. Beban memiliki dua kategori fungsional utama yaitu: harga pokok penjualan dan beban operasi. Setiap kategori tersebut berhubungan dengan beban mannufaktur dan non manufaktur perusahaan. Harga pokok penjualan (COGS) adalah biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang melekat pada unit yang terjual. Untuk menghitung HPP, pertama-tama harga pokok produksi perlu ditentukan.
                 Harga pokok produksi (COGM) mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya dibebankan pada barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Perincian dari pembebanan ini diuraikan dalam daftar pendukung yang disebut sebagai laporan harga pokok produksi. Contoh daftar pendukung untuk laporan laba rugi pada tampilan seperti diatas ditunjukkan pada ilustrasi seperti berikut ini:
PT HARIYO
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
UNTUK TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013

Bahan baku langsung:
            Persediaan awal                                                          200
            (+) Pembelian                                                              450
            Bahan baku yang tersedia                                           650
            (-)  Persediaan akhir                                                      50
Bahan baku langsung ynag terpakai                                                               600
Tenaga kerja langsung                                                                         350
Overhead manufaktur:
            Tenaga kerja tidak langsung                                       123
            Depresiasi                                                                    177
            Sewa                                                                             50
            Listrik, air, dll                                                               37
            Pajak properti                                                                13
            Pemeliharaan                                                                 50                  450
Total tambahan  biaya manufaktur                                                               1400
(+) Barang dalam proses awal                                                             200
Total biaya manufaktur                                                                                 1600
(-)  Barang dalam proses akhir                                                                        400
Harga pokok produksi                                                                                              1200
Barang dalam proses (WIP) terdiri atas semua unit yang telah diselesaikan sebagian dalam produksi pada titik waktu tertentu. Barang dalam roses awal terdiri atas unit yang diselesaikan sebagian dan telah ada pada awal periode. Barang dalam proses akhir terdiri atas unit yang ada pada akhir periode. Dalam laporan harga pokok produksi, biaya unit yang diselesaikan sebagian dilaporkan sebagai biaya barang dalam proses awal dan biaya barang pada proses akhir. Biaya barang dalm proses awal mencerminkan biaya manufaktur yang tercatat dari periode sebelumnya, sedangkan biaya barang dalam proses akhir mencerminkan biaya manufaktur yang akna dicatatat pada periode selanjutnya. Pada kedua kasus, tambahan biaya manufaktur harus dikeluarkan untuk menyelesaikan unit-unit barang dalam proses.
3.      Laporan Laba Rugi: Perusahaan Jasa
Pada perusahaan jasa perhitungan biaya jasa yang terjual berbeda dari biaya penjualan dalam perusahaan manufaktur. Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan awal atau akhir barang jadi karena tidak mungkin perusahaan menyimpan jasa. Jadi, kaau dibandingkan dengan perusahaan manufaktur biaya penjualan jasa dapat disamakan dengan harga pokok produksi. Selain itu harga pokok penjualan jasa selama suatu periode (sama dengan harga pokok produksi) dapat dihitung dengan format yang sama dengan ilustrasi yang terlihat diatas. Barang dalam proses merupakan hal yang mungkin bagi produk jasa. Seaai contoh seorang arsitek mungkin memiliki gambar dalam proses dan seorang dokter gigi memiliki beberapa pasien dengan berbagai tahap proses pemansangan kawat gigi.

D.    Sistem Akuntansi Manajemen Berdasarkan Fungsi dan Aktivitas
1.      Jenis-Jenis Sistem Akuntansi Manajemen: Gambaran Umum Singkat
Sistem akuntansi manajemen dapat diklasifikasikan secara umum sebagai sistem berdasarkan fungsi dan sistem berdasarkan aktivitas. Pendekatan berdasarkan fungsi danaktivitas dapat ditemukan dalam praktik nyata. Sistem akuntansi manajemen berdasarkan fungsi (functional based management-FBM) telah dikenal dari tahun 1900-an dan masih digunakan secara luas dalam sektor manufaktur dan jasa. Sistem akuntansi manajemen berdasarkan aktivitas (activity based management-ABM) merupakam sistem yang lebih baru (dikembangkan dalam 30 tahun terakhir). Sistem biaya berdasarkan aktivitas digunakan secara luas dan pemanfaatanya semakin tinggi, khususnya di antara organisasi-organisasi yang memiliki beragam produk dan pelanggan, produk yang lebih rumit, siklus waktu produk yang lebih pendek, peningkatan prasayarat kualitas, dan tekanan persaingan yang ketat. ABM  digunakan dalam industri medis, industri keuangan, industri transportasi, dan dalm semua jenis industri manufaktur.
2.      Sistem FBM vs ABM
Elemen utama dari model FBM adalah fungsi, sedangkan elemen utama dari model ABM adalah aktivitas. Fungsi-fungsi biasanya dikelompokkan dalam unit-unit organisasional, seperti departemen dan pabrik (contohnya: teknik, pengendalian kualitas, dan perakitan adalah fungsi-fungsi yang diatur dalam departemen) aktivitas-aktivitas dengan tujuan umum dikelompokkan bersama dalam satu bentuk proses. sebagai contoh pembelian barang, penerimaan barang, dan pembayaran barang yang diterima adalah aktivitas utama yang menggambarkan proses pengadaan persediaan.
3.      Tinjauan biaya FBM
Dalam sistem akuntansi FBM, biaya-biaya sumber daya dibebankan pada unit-unit yang berfungsi, kemudian produk. Dalam pembebanan biaya, penelusuran langsung dan penelusuran penggerak digunakan. Namun, penelusuran penggerak dalam siistem FBM hanya menggunakan penggerak produksi (tingkat unit) yang merupakan pengukuran konsumsi yang sangat berkorelasi dengan keluaran produksi, seperti jam kerja dari tenaga kerja langsung, baghan langsung, dan jam kerja mesin adalah hanya pengerak yang diasumsikan penting. Karena sistem FBM hanya menggunakan penggerak yang berhubungan dengan fungsi produksi untuk membebani biaya, pendekatan pembebanan biaya ini dianggap sebagai perhitungan biaya berdasarkan produksi atau fungsi (functional based costing-FBC). Berikut adalah diagram FBM:
 












4.      Tinjauan biaya ABM
Dalam perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing-ABC) biaya ditelusuri hingga aktivitas, kemudian produk. Sebagaimana perhitungn biaya bedasarkan fungsi, penelusuran langsung dan penelusuran penggerak digunakan. Namun, penelusuran penggerak secara signifikan diperluas dengan mengidentifikasi dan menggunakan penggerak yang tidak berhubungan dengan volume produk yang diproduksi (penggerak berdasarkan nonunit). Jadi, pembebanan biaya  berdasarkan aktivitas menekankan pada penelusuran alokasi, bahkan, bisa disebut sebagai penelusuran yang intensif.penggunaan pengerak unit dan nonunit meningkatkan keakuratan pembebanan biaya, kualitas keseluruhan, dan informasi biaya yang relevan. Sebagai contoh, pertimbangkanlah pembebanan biaya dari akivitas “mengerakkan bahan mentah dan bahan setengah jadi dari satu titik ke titik lain dalam suatu pabrik”. Jumlah penggerak uyang dibutuhkan untuk suatu produk adalah ukuran yang jauh lebih baik dri permintaan produk untuk aktivitas penggunaan bahan dari dari jumlah unit yang diproduksi. Pada kenyataanya, jumlah unit yang diproduksi bisa jadi tidak berpengaruh pada pengukuran permintaan produk untuk penanganan bahan. Suatu kelompok yang terdiri dari 10 unit bisa saja membutuhkan aktivitas penanganan bahan yang sama dengan satu kelompok yang terdiri dari 100 unit).
Perhitungan harga produk berdasarkan aktivitas cenderung fleksibel. Informasi biaya dibuat untuk mendukung beragai tujuan manajerial, termasuk tujuan pelaporan keuangan. Definisi peritungan harga pokok produksi yang lebih komprehensif ditekankan pada perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan yang lebih baik. Berikut adalah gambaran ABM:
 













5.      Tinjauan efisiensi operasional FBM
Pendekatan manajen berdasarkan fungsi untuk pengendalian membebankan biaya pada unit organisasional, kemudian memuntut tanggung jawab manajer unit organisasional untuk mengendalikan biaya yang dibebankan. Kinerja diukur dengan membandingkan hasil aktual dengan standar atau hasil yang dianggarkan. Penekanannya adalah ukuran dari keuangan dari kinerja (ukuran nonkeuangan biasanya diabaikan). Manajer diberi penghargaan berdasarkan kemampuan mereka untuk mengendalikan biaya. Jadi, pendekatan berdasarkan fungsi menelusuri biaya individu yang bertanggung jawab atas biaya yang terjadi. Sistem penghargaan digunakan untuk memotivasi individual ini untuk mengelola biaya dengan meningkatkan efisiensi operasional unit organisasi mereka. Pendekatan ini menganggap bahwa memekasimalkan kinerja organisasi secara keseluruhan tercapai dengan memaksimalkan kinerja subunit organisasi individua (disebut sebagai pusat pertanggungjawaban).
6.      Tinjauan efisiensi operasional ABM
Manajemen berdasarkan aktivitas fokus pada pengelolaan aktivitas dengan tujuan memperbaiki nilai yang diterima pelanggan dan laba yang diterima dengan menyediakan nilai ini. Hal ini meliputi analisi penggerak, analisis aktivitas, evaluasi kinerja, dan penggunaan perhitungan biaya bedasarkan aktivitas sebagai sumber informasi utama. Tinjauan proses berkaitan dengan identifikasi faktor-faktor penyebab biaya suatu aktivitas (menjelaskan penyebab munculnya biaya), pengukuran pekerjaan apa yang telah dilakukan (mengidentifikasi aktivitas), serta evaluasi kinerja peerjaan dan ahsil yang dicapai (seberapa baik aktivitas yang dikerjakan). Jadi pengendalian berdasarkan aktivitas membutuhkan informasi terperinci mengenai aktivitas.
Berikut dipaparkan perbandingan antara sistem manajemen biaya berdasarkan fungsi dan aktivitas:
No.
Berdasarkan Fungsi
Berdasarkan aktivitas
1
Penggerak berdasarkan unit
Penggerak berdasarkan unit dan non unit
2
Intensif dalam pengalokasian
Intensif dalam penelusuran
3
Perhitungan harga pokok produk secara sempit dan kaku
Perhitungan harga pokok produk secara luas dan fleksibel
4
Fokus pada pengelolaan biaya
Fokus pada pengelolaan aktivitas
5
Informasi aktivitas sedikit
Informasi aktivitas terperinci
6
Maksimalisasi kinerja individual
Maksimalisasi kinerja seluruh sistem
7
Penggunaaan ukuran keuangan untuk kinerja
Penggunaan ukuran keuangan dan nonkeuangan untuk kinerja

7.      Pilihan dari Sistem Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen berdasarkan aktivitas menawarkan keuntungan yang signifikan, termasuk memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk, memperbaiki pengabilan keputusan, serta meningkatkan perencanaan strategis dan kemampuan yang lebih baik dalam mengelola aktivitas. Secara khusus, sistem berdasarkan aktivitas sesuai untuk mendukung sasaran perbaikan berkelanjutan yang merupakan tujuan penting bagi perusahaan untuk bersaing secara global, akan tetapi berbagai manfaat tersebut tidak diperoleh secara gratis. Sistem akuntansi ini lebih rumit dan memerlukan perbaikan signifikan atas aktivitas pengukuran, dan pengukuran bisa menjadi mahal. Akan tetapi biaya pengukuran telah menurun dengan kemajuan teknologi informasi sehingga sistem berdasarkan aktivitas semakin menarik. Penggunaan ABC dan ABM semakin meluas dan perhatian terhadap akuntansi manajemen berdasarkan aktivitas pun semakin tinggi.



II.          JURNAL PERANAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN COST OF GOODS MANUFACTURED
A.    Pendahuluan Jurnal
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui proses produksi sebuah perusahaan tekstil di Bandung dan untuk menganalisis perbandingan metode penentuan harga pokok produksi yang telah diterapkan perusahaan (traditional costing) dan Activity Based Costing.
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan keuntungan atau manfaat pada saat ini atau masa yang akan datang (Daljono, 2004). Mulyadi (2000), mendefinisikan biaya sebagai suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satu satuan uang yang terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2007) biaya didefinisikan sebagai kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan dapat memberikan manfaat baik sekarang maupun pada masa yang akan datang bagi perusahaan. Jadi secara umum biaya merupakan sumber daya ekonomi yang harus dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu yang bermanfaat baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Biaya dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya langsung yang mudah ditelusuri langsung pada produk dan biaya tidak langsung (biaya overhead pabrik) yaitu biaya yang tidak mudah ditelusuri langsung pada produk jadi namun diperlukan untuk mendukung kelancaran proses produksi. Biaya langsung dibagi menjadi biaya bahan baku langsung (direct material) dan biaya tenaga kerja langsung (direct labor).
1.    Biaya Bahan Baku
Pada perusahaan yang menjadi objek penelitian, biaya bahan baku langsung untuk memproduksi tekstil adalah benang. Kebutuhan benang tiap bulan dapat dilihat pada tabel berikut:







Bulan
Benang (yard)
Harga
Total Biaya Bahan Baku
(Rp)
 Januari
      350,666.21
 4,511.39
1,581,991,500.73
 Februari
252,220.87
 4,511.84
1,137,980,105.82
 Maret
311,239.43
 4,520.41
1,406,930,214.92
 April
278,716.15
 4,524.92
1,261,169,018.73
 Mei
368,778.63
 4,529.43
1,670,358,470.53
 Juni
325,291.24
 4,533.95
1,474,852,731.68
 Juli
439,169.83
 4,538.46
1,993,153,319.22
 Agustus
310,218.62
 4,542.97
1,409,313,313.21
September
338,911.88
4,547.48
1,541,194,857.83
Oktober
317,929.71
 4,551.99
1,447,213,191.81
November
173,251.48
 4,556.50
789,420,790.14
 Desember
283,980.78
 4,601.62
1,306,770,552.01
 TOTAL
3,750,374.83

17,020,348,066.63
Tabel 1. Biaya Bahan Baku Tahun 2009
2.         Biaya Tenaga Kerja Langsung
Total rincian biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk produksi kain grey selama tahun 2009 yaitu:
Bulan
Twisting
Sizing
Weaving
Dryer
Total
Januari
189.600.000,00
95.238.887,85
261.300.000,00
56.400.000,00
602.538.887,85
Februari
136.222.065,82
68.401.708,24
187.818.147,67
40.694.374,01
433.136.295,74
Maret
168.257.524,62
84.405.804,27
232.051.010,99
50.258.725,68
534.973.065,56
April
150.797.671,15
75.572.671,95
207.886.189,20
44.602.788,25
478.859.320,55
Mei
108.521.878,05
100.008.114,82
274.921.524,74
59.213.141,96
542.664.659,57
Juni
133.859.267,48
88.472.194,43
242.286.762,70
52.183.773,12
516.801.997,73
Juli
119.976.845,24
119.070.954,62
327.098.749,40
70.759.632,48
636.906.181,74
Agustus
86.380.244,15
84.353.557,99
231.035.350,56
49.794.541,80
451.563.694,49
September
106.518.881,18
91.796.480,56
252.641.224,63
54.509.472,14
505.466.058,50
Oktober
95.224.869,04
86.497.846,95
237.156.298,64
51.234.769,40
470.113.784,03
November
68.756.654,15
47.054.084,56
128.948.864,70
28.115.196,97
272.874.800,39
Desember
84.463.224,30
77.327.513,53
211.409.141,39
45.874.533,39
419.074.412,61
TOTAL
1.448.579.125,17
1.018.199.819,77
2.794.553.264,62
603.640.949,20
5.864.973.158,75
Tabel 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2009
3.    Biaya Overhead Pabrik
Jenis biaya overhead pabrik yang dimasukkan dalam perhitungan Cost Of Goods Manufactured adalah biaya listrik, biaya obat, biaya sparepart, biaya umum, oli dan service, biaya inspeksi, biaya setup dan biaya depresiasi.
Bu-
lan
Biaya listrik
Biaya Obat
Biaya Sparep-art
Biaya umum
Biaya Oli dan service
Biaya Inspeksi
Biaya Setup
Biaya Depresi-asi
Jan
482.201.039,21
148.443.151,30
92.603.743,07
7.567.609,86
5.500.000,00
15.700.000,00
6.500.000,00
978.715.007,00
Feb
312.105.705,83
96.293.221,74
59.939.935,46
5.001.269,21
3.608.518,63
11.775.000,00
4.940.000,00
978.715.007,00
Mar
393.292.121,43
120.901.813,86
75.400.525,80
6.374.929,04
4.634.191,22
9.773.250,00
4.070.560,00
978.715.007,00
Apr
348.519.365,00
107.124.139,47
67.011.795,57
5.333.055,04
3.849.082,08
7.281.071,25
3.056.990,56
978.715.007,00
Mei
472.314.269,49
145.239.166,99
90.570.447,58
7.236.663,29
5.286.660,90
5.154.998,45
2.158.235,34
978.715.007,00
Juni
412.359.767,26
126.840.192,66
79.334.321,06
6.293.176,51
4.829.585,92
3.840.473,84
1.620.834,74
978.715.007,00
Juli
569.189.207,26
175.306.999,07
109.309.319,89
8.830.252,36
6.355.706,96
4.804.432,78
2.026.043,42
978.715.007,00
Ags
391.588.404,43
120.699.686,68
75.265.950,59
5.942.899,26
4.288.180,38
3.113.272,44
1.300.719,88
978.715.007,00
Sep
431.329.507,36
132.841.048,42
82.683.252,42
6.663.118,98
4.743.217,92
2.204.196,89
918.308,23
978.715.007,00
Okt
402.241.933,47
123.733.929,47
77.392.293,11
6.139.309,87
4.714.124,56
1.509.874,87
651.998,85
978.715.007,00
Nov
203.499.912,11
62.819.095,07
39.164.741,58
2.942.057,29
2.464.928,67
629.617,82
267.319,53
978.715.007,00
Des
355.483.751,25
109.591.747,91
68.507.075,16
5.406.669,17
4.056.654,74
365.178,34
154.778,01
978.715.007,00
Tabel 3. Biaya Overhead Pabrik Tahun 2009
Dari biaya yang telah disebutkan di atas, produksi kain grey yang dihasilkan bisa kita lihat dalam tabel berikut:
Bulan
Produksi grey polos (yard)
Produksi grey corak (yard)
Total Produksi (yard)
Januari
363.844
302.236
666.08
Februari
265.997
213.089
479.086
Maret
320.155
271.036
591.19
April
296.177
233.236
529.413
Mei
381.766
318.718
700.484
Juni
343.335
274.546
617.881
Juli
456.005
378.186
834.19
Agustus
326.888
262.363
589.251
September
350.564
293.189
643.753
Oktober
335.644
268.254
603.898
November
178.197
150.889
329.086
Desember
299.477
239.936
539.413
Total
3.918.049
3.205.676
7.123.725



Tabel 4: Produksi Kain Grey Tahun 2009

B.     Permasalahan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Seperti yang kita ketahui, biaya overhead pabrik memiliki sifat biaya semi variabel, yaitu memiliki komponen biaya tetap dan biaya variabel di dalamnya. Oleh karena itu, agar bisa menentukan harga Cost Of Goods Manufactured per unit yang akurat, biaya overhead ini juga harus dibebankan secara akurat pada Cost Of Goods Manufactured per unit nya.
Penentuan Cost Of Goods Manufactured yang lebih akurat penting bagi manajemen sebagai dasar untuk pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah dalam membuat berbagai keputusan, antara lain:
1.      Menentukan harga jual
2.      Mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan
3.      Memantau realisasi biaya
4.      Menghitung laba rugi tiap pesanan
5.      Menentukan Cost Of Goods Manufactured persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca. (Daljono, 2004).
Sistem Biaya Tradisional
Pada sistem biaya tradisional, biaya overhead pabrik dialokasikan secara arbitrer kepada Cost Of Goods Manufactured berdasar suatu dasar alokasi tunggal. Akibatnya nilai Cost Of Goods Manufactured menjadi tidak akurat ketika perusahaan memiliki beberapa produk yang membutuhkan penanganan yang berbeda. Produk dengan kebutuhan penanganan khusus biasanya dihargai lebih rendah dari yang seharusnya, sedangkan produk tidak memerlukan penanganan khusus, biasanya dihargai terlalu tinggi.
Cara mengalokasikan biaya overhead pabrik dalam sistem biaya tradisional, yaitu pertama dilakukan alokasi biaya ke pusat-pusat biaya (cost centre), setelah itu biaya yang terakumulasi dalam tiap pusat biaya dialokasikan ke produk dengan menggunakan pemicu unit based tersebut (misalnya jam tenaga kerja langsung).
Sistem Biaya Activity-Based Costing (ABC)
Activity-based costing (ABC) telah dikembangkan pada organisasi sebagai suatu solusi untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh sistem biaya tradisional, Sistem biaya ABC ini merupakan hal yang baru sehingga konsepnya masih dan terus berkembang, sehingga ada berbagai defenisi yang menjelaskan tentang sistem biaya ABC itu sendiri.
Morse, Davis dan Hartgraves (1991) memberikan definisi mengenai Activity-Based Costing sebagai sistem pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya ke objek biaya dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. Sistem ABC ini didasarkan pada pemikiran bahwa aktivitas penyebab biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan keobjek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan.
Sistem ABC ini menelusuri biaya ke produk sebagai dasar aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.  Sistem biaya ABC menelusuri biaya produksi tidak langsung ke unit, batch, lintasan produk, dan seluruh fasilitas berdasarkan aktifitas tiap level. Metode penentuan biaya ini menghasilkan biaya akhir produk yang lebih akurat dan lebih realistis.
Menurut Mulyadi (1993), prosedur pembebanan biaya overhead dengan sisitem ABC dilakukan dengan pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, yang terdiri dari empat langkah:
1.         mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas;
2.         mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari empat kategori yaitu: unit level activity costing, batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing;
3.         mengidentifikasikan cost driver, dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver.
4.         menentukan tarif/unit cost driver yaitu biaya per unit cost driver yang dihitung untuk suatu aktivitas.
Perbandingan Sistem Biaya ABC dengan Sistem Biaya Tradisional
Salah satu kelemahan sistem biaya tradisional adalah ketidaktepatan dalam menggunakan informasi biaya bagi perusahaan manufaktur. Hal ini berbeda dengan sistem biaya ABC yang memberikan informasi biaya yang lebih akurat. Sistem biaya ABC menelusuri biaya produksi tidak langsung ke unit, batch, lintasan produk, dan seluruh fasilitas berdasarkan aktifitas tiap level. Metode penentuan biaya ini menghasilkan biaya akhir produk yang lebih akurat dan lebih realistis.
Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya ABC yang dikemukakan oleh Tunggal (1995) adalah sebagai berikut:
1.      Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu biaya (driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non reprersentatif.
2.      Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.
3.      Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi.
4.      Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada sistem tradisional , karena kelompok biaya (cost pools) dan pemicu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.

C.    Perhitungan Cost Of Goods Manufactured
1.         Sistem Tradisional
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa metode perhitungan Cost Of Goods Manufactured yang selama ini digunakan perusahaan adalah berdasarkan metode tradisional yaitu dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Cost Of Goods Manufactured per yard diperoleh dengan membagi total Cost Of Goods Manufactured dengan jumlah produksi (yard) pada bulan tersebut. Tabel 5 menunjukkan besarnya Cost Of Goods Manufactured yang ditetapkan perusahaan selama tahun 2009. Dari Tabel 5, terlihat bahwa Cost Of Goods Manufactured yang dihasilkan perusahaan berubah-ubah sesuai dengan jumlah produksi kain grey yang dihasilkan setiap bulan. Perhitungan Cost Of Goods Manufactured dengan menggunakan sistem tradisional dapat dilihat pada Tabel 5.




Bulan
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Overhead
Total Cost Of Goods Manufactured
Jumlah Produksi (yard)
Cost Of Goods Manufactured Per yard
Januari
1,581,991,501
602,538,888
1,737,230,550.44
3,921,760,939.02
666,080.00
5,887.82
Februari
1,137,980,106
433,136,296
1,472,378,657.89
3,043,495,059.44
479,086.00
6,352.71
Maret
1,406,930,215
534,973,066
1,593,162,398.35
3,535,065,678.83
591,190.00
5,979.58
April
1,261,169,019
478,859,321
1,520,890,505.96
3,260,918,845.24
529,413.00
6,159.50
Mei
1,670,358,471
542,664,660
1,706,675,449.04
3,919,698,579.14
700,484.00
5,595.70
Juni
1,474,852,732
516,801,998
1,613,833,358.99
3,605,488,088.40
617,881.00
5,835.25
Juli
1,993,153,319
636,906,182
1,854,536,968.73
4,484,596,469.69
834,190.00
5,375.99
Agustus
1,409,313,313
451,563,694
1,580,914,120.67
3,441,791,128.37
589,251.00
5,840.96
September
1,541,194,858
505,466,058
1,640,097,657.23
3,686,758,573.56
643,753.00
5,726.98
Oktober
1,447,213,192
470,113,784
1,595,098,471.21
3,512,425,447.04
603,898.00
5,816.26
November
789,420,790
272,874,800
1,290,502,679.08
2,352,798,269.61
329,086.00
7,149.49
Desember
1,306,770,552
419,074,413
1,522,280,861.58
3,248,125,826.20
539,413.00
6,021.59
Tabel 5. Perhitungan Cost Of Goods Manufactured Sistem Tradisional
Aktivitas yang diharapkan (dalam jam mesin) = 310.000.
Predetermined overhead rate = Budgeted overhead / Normal activity.

Bulan
Applied Overhead
Actual Overhead
Selisih
Keterangan
Januari
1,629,634,335.70
1,640,561,234.75
10,926,899.05
Underapplied
Februari
1,270,981,005.53
1,285,588,677.20
14,607,671.67
Underapplied
Maret
1,554,104,223.42
1,570,399,284.59
16,295,061.17
Underapplied
April
1,424,730,977.20
1,443,891,237.65
19,160,260.45
Underapplied
Mei
1,477,650,614.59
1,490,557,239.73
12,906,625.14
Underapplied
Juni
1,582,597,874.62
1,600,856,327.21
18,258,452.59
Underapplied
Juli
1,823,428,606.67
1,808,663,723.87
(14,764,882.80)
Overapplied
Agustus
1,489,119,107.21
1,504,956,224.53
15,837,117.32
Underapplied
September
1,560,738,093.17
1,573,342,689.11
12,604,595.94
Underapplied
Oktober
1,566,283,789.14
1,579,335,477.94
13,051,688.80
Underapplied
November
1,217,235,430.20
1,199,067,215.67
(18,168,214.53)
Overapplied
Desember
1,433,890,359.94
1,447,366,175.45
13,475,815.51
Underapplied
Tabel 6 Perbandingan Applied Overhead dan Actual Overhead
Tabel 6 menunjukkan perbandingan antara Applied Overhead dan Actual Overhead. Perbedaan antara applied overhead dan actual overheal adalah overhead variance. Varians merupakan Underapplied overhead jika actual overhead lebih besar dibandingkan applied overhead. Sedangkan Overapplied overhead terjadi karena actual overhead lebih kecil dibandingkan applied overhead. Apabila jumlahnya tidak material, varians overhead yang akan dibebankan pada Cost of Goods Sold. Sedangkan jika varians overhead jumlahnya material akan dialokasikan pada Cost of Goods Sold, finished goods dan work-in-process inventory.

Bulan
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Overhead
Total Cost Of Goods Manufactured
Jumlah Produksi (yard)
Cost Of Goods Manufactured Per yard
Januari
950,421,734
361,520,709
896,635,122.81
2,208,577,565
363,844
6,070.12
Februari
725,968,369
278,255,150
699,128,133.24
1,703,351,652
265,997
6,403.64
Maret
814,183,822
334,376,713
855,168,461.56
2,003,728,997
320,155
6,258.63
April
761,384,669
282,515,165
781,050,866.29
1,824,950,700
296,177
6,161.69
Mei
1,028,572,691
348,425,126
812,597,729.93
2,189,595,547
381,766
5,735.44
Juni
861,169,002
314,241,099
870,428,831.04
2,045,838,932
343,335
5,958.73
Juli
1,088,125,697
377,707,312
995,467,585.79
2,461,300,594
456,005
5,397.54
Agustus
806,087,605
278,669,322
820,035,453.56
1,904,792,381
326,888
5,827.05
September
923,046,760
316,494,254
888,827,117.47
2,128,368,132
350,564
6,071.27
Oktober
841,117,855
276,987,298
856,207,695.51
1,974,312,849
335,644
5,882.17
November
585,047,520
169,689,186
667,731,063.63
1,422,467,769
178,197
7,982.54
Desember
779,618,852
260,777,964
789,621,814.65
1,830,018,631
299,477
6,110.71
Tabel 7. Perhitungan Cost Of Goods Manufactured Kain Grey Polos

Bulan
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Overhead
Total Cost Of Goods Manufactured
Jumlah Produksi (yard)
Cost Of Goods Manufactured Per yard
Januari
631,569,767
241,018,179
732,999,212.90
1,605,587,159
302,236
5,312.36
Februari
412,011,737
154,881,146
571,852,872.29
1,138,745,755
213,089
5,344.00
Maret
592,746,393
200,596,352
698,935,761.86
1,492,278,507
271,036
5,505.84
April
499,784,350
196,344,156
643,680,110.91
1,339,808,617
233,236
5,744.44
Mei
641,785,780
194,239,534
665,052,884.66
1,501,078,198
318,718
4,709.74
Juni
613,683,729
202,560,899
712,169,043.58
1,528,413,672
274,546
5,567.05
Juli
905,027,623
289,198,870
827,961,020.88
2,022,187,513
378,186
5,347.08
Agustus
603,225,708
172,894,372
669,083,653.65
1,445,203,734
262,363
5,508.41
September
618,148,098
188,971,804
671,910,975.70
1,479,030,878
293,189
5,044.64
Oktober
606,095,337
193,126,486
710,076,093.63
1,509,297,916
268,254
5,626.37
November
204,373,271
103,185,614
549,504,366.57
857,063,251
150,889
5,680.10
Desember
527,151,700
158,296,448
644,268,545.29
1,329,716,694
239,936
5,541.97
Tabel 8. Perhitungan Cost Of Goods Manufactured Kain Grey Corak

2.         Sistem Activity Based Costing
Metode ABC mencoba mengatasi masalah pembebanan biaya overhead pabrik. Dalam metode ini, biaya overhead akan dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi aktivitasnya secara nyata. Aktivitas-aktivitas yang dapat diidentifikasi dalam proses produksi yaitu biaya overhead yang dikeluarkan akibat dilakukannya aktivitas tersebut antara lain biaya listrik, biaya oli dan service, biaya obat, biaya sparepart, biaya umum, biaya service, biaya inspeksi, depresiasi bangunan, mesin dan kendaraan. Aktivitas-aktivitas produksi dikelompokkan menjadi beberapa pusat aktivitas yaitu:
Aktivitas Pemeliharaan Inventaris:
a)      Biaya Depresiasi Gedung
b)      Biaya Depresiasi Mesin Biaya
c)      Depresiasi Kendaran
d)     Biaya Umum
Aktivitas Proses Penenunan Kain:
a)      Biaya Setup
b)      Biaya Listrik
c)      Biaya Obat
d)     Biaya Sparepart
e)      Biaya Oli dan service
Aktivitas inspeksi: Biaya inspeksi
Setelah tahapan identifikasi aktivitas, selanjutnya dibuat penentuan tarif per unit cost driver. Untuk itu perlu diketahui cost driver untuk masing-masing biaya yang ditunjukkan oleh tabel 9:
Aktivitas
Cost driver
Unit level activity cost

Biaya Listrik
Kwh
Biaya Obat
total produksi
Biaya Sparepart
total produksi
Biaya Oli dan service
total produksi
Batch-related activity cost

Biaya Inspeksi
jam tenaga kerja manusia
Biaya Umum
kapasitas produksi
Biaya Setup
putaran produksi
Fasility-sustaining activity cost

Biaya Depresiasi Bangunan
luas lantai (meter)
Biaya Depresiasi Mesin
jam mesin
Biaya Depresiasi Kendaraan
jam tenaga kerja manusia
Tabel 9. Cost driver

Setelah mengetahui cost driver untuk masing-masing biaya, tahapan selanjutnya adalah penentuan tarif per unit cost driver. Tahapan ini perlu agar dapat menentukan berapa besar jumlah setiap biaya aktivitas dan dapat menentukan besarnya tarif untuk masing-masing kain grey polos dan kain corak. Tabel penentuan tarif per unit cost driver bulan Januari dapat dilihat sebagai berikut:
Aktivitas
Cost driver
Jumlah
Tarif
Unit level activity cost



Biaya Listrik
3,279.14
482,201,039.21
147,051.07
Biaya Obat
666,080.00
148,443,151.30
222.86
Biaya Sparepart
666,080.00
92,603,743.07
139.03
Biaya Oli dan service
666,080.00
5,500,000.00
8.26
Batch-related activity cost



Biaya Inspeksi
240
15,700,000.00
65,416.67
Biaya Umum
771,430.00
7,567,609.86
9.81
Biaya Setup
2,000.00
6,500,000.00
3,250.00
Fasility-sustaining activity cost



Biaya Depresiasi Bangunan
458,806,461.61
228,014,919.00
0.5
Biaya Depresiasi Mesin
290,800.00
745,785,285.00
2,564.60
Biaya Depresiasi Kendaraan
240
4,914,803.00
20,478.35
Tabel 10. Penentuan Tarif Per Unit Cost driver Bulan Januari 2009

Setelah dibuat tabel penentuan tarif per unit cost driver selanjutnya dibuat alokasi biaya overhead ke produk kain grey polos dan corak.
Cost driver
Tarif
Total
Biaya Listrik



Polos
1,639.57
147,051.07
241,100,519.61
Corak
1,639.57
147,051.07
241,100,519.61
Biaya Obat



Polos 
363,844.00
222.86
81,086,581.10
Corak
363,844.00
222.86
81,086,581.10
Biaya Sparepart



Polos 
363,844.00
139.03
50,584,488.79
Corak
302,236.00
139.03
50,584,488.79
Biaya Oli dan service



Polos
363,844.00
8.26
3,004,356.83
Corak
302,236.00
8.26
2,495,643.17
Biaya Inspeksi



Polos
108
65,416.67
7,065,000.00
Corak
132
65,416.67
8,635,000.00
Biaya Umum



Polos
424,286.50
9.81
4,162,250.57
Corak
347,143.50
9.81
3,405,477.74
Biaya Setup



Polos
1,000.00
3,250.00
3,250,000.00
Corak
1,000.00
3,250.00
3,250,000.00
Biaya Depresiasi Bangunan...
Biaya Depresiasi Bangunan



Polos
298,224,200.05
0.5
148,209,697.35
Corak
160,582,261.56
0.5
79,805,221.65
Biaya Depresiasi Mesin



Polos
160,000.00
2,564.60
410,335,782.67
Corak
130,800.00
2,564.60
335,449,502.33
Biaya Depresiasi Kendaraan



Polos
108
20,478.35
2,211,661.35
Corak
132
20,478.35
2,703,141.65
Tabel 11. Alokasi Biaya Overhead Pabrik Ke Produk

Setelah dibuat tabel alokasi biaya overhead pabrik ke produk selanjutnya membuat ringkasan perkiraan perhitungan Cost Of Goods Manufactured dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC). Tabel 12 menunjukkan perhitungan Cost Of Goods Manufactured bulan Januari dengan menggunakan metode ABC, yang merupakan penjumlahan dari setiap jenis aktivitas untuk memproduksi kain grey. Cost Of Goods Manufactured per yard diperoleh dari jumlah biaya seluruh aktivitas dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Polos
Corak
Biaya Bahan Baku
950,421,733.55
631,569,767.18
Biaya Tenaga Kerja
361,520,708.58
241,018,179.27
Biaya Overhead :


Unit level activity cost


Biaya Listrik
241,100,519.61
241,100,519.61
Biaya Obat
81,086,581.10
67,356,570.20
Biaya Sparepart
50,584,488.79
42,019,254.28
Biaya Oli dan service
3,004,356.83
2,495,643.17
Batch-related activity cost


Biaya Inspeksi
7,065,000.00
8,635,000.00
Biaya Umum
4,162,185.42
3,405,424.44
Biaya Setup
3,250,000.00
3,250,000.00
Fasility-sustaining activity cost


Biaya Depresiasi Bangunan
148,209,697.35
79,805,221.65
Biaya Depresiasi Mesin
410,335,782.67
335,449,502.33
Biaya Depresiasi Kendaraan
2,211,661.35
2,703,141.65
Cost Of Goods Manufactured
2,152,761,986.12
1,768,998,952.32
Unit yang diproduksi (yard)
363,844
302,236.00
Cost Of Goods Manufactured per yard
5,916.72
5,853.04
Tabel 12. Perhitungan Cost Of Goods Manufactured dengan metode ABC Januari 2009

Berdasarkan hasil perhitungan Cost Of Goods Manufactured dengan metode Activity Based Costing pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa secara umum pada bulan Januari biaya overhead untuk kain grey polos lebih besar dibandingkan dengan biaya overhead untuk kain grey corak. Ini dikarenakan perusahaan lebih banyak menerima permintaan produk kain grey polos dari pelanggan sehingga membutuhkan biaya utama dan biaya overhead yang pastinya akan lebih besar dibandingkan dengan produk kain grey corak. Selain itu dapat dilihat biaya inspeksi untuk kain grey corak lebih besar, hal ini dikarenakan kain grey corak merupakan produk yang membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi untuk membuatnya sehingga dibutuhkan biaya inspeksi yang lebih besar.

D.    Analisis Perbandingan Cost Of Goods Manufactured antara Metode Tradisional dengan Metode Activity Based Costing
Perhitungan Cost Of Goods Manufactured yang selama ini digunakan perusahaan adalah menggunakan metode tradisional, yaitu menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Dalam metode Activity Based Costing (ABC), Cost Of Goods Manufactured diperoleh dari penjumlahan konsumsi aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam proses produksi untuk menghasilkan satu yard kain grey. Ringkasan hasil perhitungan Cost Of Goods Manufactured per yard antara metode ABC dengan metode perusahaan selama Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 13:
Bulan
Tradisional
ABC
Selisih
Tradisional
ABC
Selisih
Polos
Polos
Corak
Corak
Januari
6,070.12
5,916.72
153.4
5,312.36
5,853.04
540.68
Februari
6,403.64
6,315.18
88.46
5,344.00
6,399.56
1,055.56
Maret
6,258.63
6,073.69
184.94
5,505.84
5,868.38
362.54
April
6,161.69
6,069.49
92.2
5,744.44
6,273.80
529.36
Mei
5,735.44
5,639.20
96.24
4,709.74
5,543.60
833.86
Juni
5,958.73
5,782.54
176.19
5,567.05
5,901.16
334.11
Juli
5,397.54
5,386.01
11.53
5,347.08
5,363.89
16.81
Agustus
5,827.05
5,802.74
24.31
5,508.41
5,888.58
380.17
September
6,071.27
5,776.29
294.98
5,044.64
5,668.02
623.38
Oktober
5,882.17
5,757.30
124.87
5,626.37
5,890.02
263.65
November
7,982.54
7,317.80
664.74
5,680.10
6,950.73
1,270.63
Desember
6,110.71
5,985.77
124.94
5,541.97
6,066.31
524.34
Tabel 13. Perbandingan Cost Of Goods Manufactured per yard Antara Metode Tradisional dengan Metode Activity Based Costing selama tahun 2009

Berdasarkan informasi dari Tabel 13, dapat diketahui bahwa Cost Of Goods Manufactured per yard kain grey polos yang diperoleh dengan metode tradisional menghasilkan Cost Of Goods Manufactured per yard yang overcosted (lebih besar) dibandingkan dengan metode ABC. Sedangkan untuk kain grey corak Cost Of Goods Manufactured per yard yang diperoleh dengan metode tradisional menghasilkan Cost Of Goods Manufactured per yard yang undercosted (lebih kecil) dibandingkan dengan metode ABC.
Perbedaan ini disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode biaya tradisional, biaya overhead hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Pada metode ABC biaya overhead dibebankan pada banyak cost driver sehingga mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap produk secara lebih tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.
Pada metode tradisional cost driver yaitu jam mesin, sedangkan untuk metode ABC tidak hanya menggunakan jam mesin tetapi juga kwh, total produksi, jam inspeksi, luas lantai, kapasitas produksi, putaran produksi dan jam tenaga kerja manusia sehingga menghasilkan tarif per unit yang lebih akurat.

E.     Simpulan Jurnal
Meskipun metode tradisional lebih mudah diaplikasikan karena hanya menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, tetapi perhitungan tersebut kurang tepat untuk menghitung  Cost Of Goods Manufactured  karena tidak mencerminkan  konsumsi sumberdaya secara lengkap dan akurat dalam proses produksinya.
Perhitungan Cost Of Goods Manufactured metode tradisional untuk kain grey polos menghasilkan Cost Of Goods Manufactured per yard yang lebih besar (overcosted) dibandingkan dengan metode ABC, sedangkan Cost Of Goods Manufactured metode tradisional untuk kain grey corak menghasilkan Cost Of Goods Manufactured per yard yang lebih kecil (undercosted) dibandingkan dengan metode ABC.
Dalam metode ABC, perhitungan Cost Of Goods Manufactured mencatat biaya produksi yang benar-benar mencerminkan pemakaian sumberdaya pada setiap proses produksinya. Meskipun metode ABC menghasilkan Cost Of Goods Manufactured yang rendah untuk kain grey polos dan menghasilkan Cost Of Goods Manufactured yang lebih tinggi untuk kain grey corak, tetapi perhitungan metode ABC benar-benar mencerminkan konsumsi sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi. Informasi ini akan sangat diperlukan oleh manajemen perusahaan dalam usaha melakukan efisiensi produksi.
DAFTAR PUSTAKA

Daljono. (2004). Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok & Pengendalian. Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hansen, Don. R., Maryanne M. Mowen. (2007). Managerial Accounting (8th Edition). Thomson South-Western.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar  Bahasa Indonesia dalam Jaringan. www.kbbi.web.id. (Diakses 11 Oktober 2014).
Martusa, Riki., Stephanus Ryan Darma., Verani Carolina. (2010). Peranan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Cost Of Goods Manufactured.
Morse, Wayne J., James R. Davis dan A. L. Hartgraves. (1991). Management Accounting. South-Western Pub. Co.
Mulyadi. (2000). Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Aditya Media.

Tunggal, Amin Widjaja. (1995). Activity-Based Costing: Untuk Manufakturing dan Pemasaran. Jakarta: Harvarindo.

2 komentar: