I.
KONSEP
DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN
A.
Pembebanan
Biaya
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, biaya adalah uang yang dikeluarkan untuk mengadakan
sesuatu. Definisi tersebut
secara jelas mengartikan bahwa biaya merupakan sebuah pengobanan atas uang yang
dimiliki. Pengartian biaya yang hanya mendasarkan pada bentuk uang merupakan
pengartian biaya dalam arti sempit. Secara luas, pengertian biaya dapat merujuk
kepada segala pengorbanan yang harus diserahkan atas tindakan atau pilihan yang
diambil.
Menurut Hansen
dan Mowen (2007) pengertian tersebut memiliki tiga unsur yang menjadi
acuan sebuah hal disebut sebagai biaya (cost).
Pertama adalah kas atau nilai setara kas. Hal tersebut menunjukkan bahwa biaya
tidak selalu harus berupa uang (kas), tetapi bisa juga berupa hal lain yang
dapat bernilai uang. Unsur yang kedua yaitu pengorbanan atas uang atau
setaranya untuk mendapatkan barang dan jasa yang diharapkan, menunjukkan bahwa
biaya yang dikeluarkan oleh organisasi harus memberi timbal balik yang
diharapkan akan diterima. Organisasi tidak begitu saja mengeluarkan uang (atau
setara uang) tanpa memikirkan hasil dari pengeluaran tersebut. Unsur yang
terakhir adalah manfaat saat ini maupun masa depan yang diharapkan organisasi
dari biaya yang telah dikeluarkan. Organisasi biasanya memiliki tujuan baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Biaya yang ditanggung atau dikeluarkan
organisasi tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.
Biaya yang diharapkan untuk menghasilkan manfaat jangka panjang biasanya
disebut dengan investasi.
Biaya dapat
dibedakan dengan beban, semua beban adalah biaya tetapi tidak semua biaya
menjadi beban. Perbedaan utamanya terletak pada sifat timbal baliknya. Biaya
merupakan pengorbanan yang diharapkan manfaatnya masa kini maupun di masa
mendatang, tetapi beban merupakan biaya yang telah dipakai dan tidak lagi dapat
memberi manfaat di masa yang akan datang. Contoh dari biaya seperti pembelian
bahan baku, sewa dibayar dimuka, pembelian aset, dan lain sebagainya. Contoh
dari beban seperti beban listrik, beban gaji, beban administrasi, dan lain
sebagainya. Perbedaan lain ada pada penyajiannya dalam laporan keuangan. Jika
beban disajikan dalam laporan laba-rugi perusahaan, maka biaya dilaporkan dalam
laporan arus kas.
Seorang manajer
keuangan haruslah memahami betul konsep tentang biaya. Dalam operasional
perusahaan komersial, biaya yang dapat menjadi beban harus diperhitungkan
dengan cermat sebagai dasar manajemen untuk membuat keputusan dan menghindarkan
perusahaan dari kerugian. Beban yang terjadi pada kegiatan operasional
perusahaan yang sehat lebih kecil dari pendapatan yang diperolehnya, jika tidak
maka dipastikan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian. Selain itu dengan
memahami konsep biaya, manajer keuangan dapat memberikan keputusan untuk
menghentikan atau melanjutkan proyek yang sedang berjalan, mengestimasi keuntungan,
dan menghindari resiko kerugian.
Objek biaya
merupakan konsep tentang biaya yang tidak kalah pentingnya. Objek biaya
merupakan sebuah tujuan atau sasaran dimana biaya diukur dan dibebankan sesuai
dengan satuannya. Objek biaya dapat berupa segala sesuatu yang dapat
diidentifikasi, misalnya departemen, produk, batch, pelanggan, proyek, pesanan, proses, aktivitas, program, dan
lain sebagainya. Pada awal perkembangan perhitungan biaya pada perusahaan,
objek biaya yang dipakai adalah berdasarkan produk, yaitu berupa hasil akhir
dari proses produksi. Namun, beberapa tahun belakangan perusahaan banyak
memakai aktivitas sebagai objek biaya. Penggunaan aktivitas sebagai objek biaya
memiliki keunggulan pada bagian pengendalian biaya. Selain itu, penggunaannya
tidak hanya dalam lingkup perusahaan manufaktur tetapi dapat juga dipakai pada
perusahaan jasa. Contoh penggunaan aktivitas sebagai objek biaya antara lain
kegiatan perakitan, finishing,
persiapan, pemasangan bagian tertentu, dan lain sebagainya.
Setelah menentukan
objek-objek biaya yang akan dipakai, maka tugas manajer keuangan selanjutnya
adalah melakukan pembebanan biaya pada objek yang telah ditetapkan. Menurut
Hansen dan Mowen (2007), ada tiga metode pembebanan biaya, antara lain:
1.
Direct
Tracing (Penelusuran Langsung)
Direct tracing
merupakan penelusuran yang
dilakukan untuk mengidentifikasi dan membebankan biaya yang berkaitan langsung
dan fisik dengan sebuah objek biaya. Penelusuran pada umumnya dilakukan dengan
cara pengamatan fisik komponen pembentuk produk. Misalnya biaya untuk membuat
sebuah baju antara lain bahan kain, kancing, benang, resleting, tenaga kerja,
dan lain sebagainya. Penelusuran langsung memiliki kelemahan pada pembebanan
biaya atas hal-hal yang secara tidak langsung berhubungan dengan sebuah produk,
misalnya jasa listrik, depresiasi alat, dan lain-lain.
2.
Driver
Tracing (Penelusuran Penggerak)
Driver tracing
dapat diartikan sebagai
penggunaan penggerak aktivitas untuk membebankan biaya pada objek biaya.
Penggerak (driver) diartikan sebagai
faktor yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan sumber daya dan memiliki
hubungan sebab-akibat dengan biaya yang berhubungan dengan objek biaya. Diver tracing biasanya kurang akurat
jika dibandingkan dengan metode penelusuran langsung.
3.
Indirect
Cost/Allocation (Alokasi/Biaya Tidak Langsung)
Biaya tidak langsung merupakan biaya-biaya yang tidak
memiliki hubungan kausal secara langsung dengan sebuah objek biaya, sehingga
tidak memungkinkan untuk membebankan biaya dengan cara penelusuran langsung
maupun melalui penggerak (driver).
Sebagai akibat dari tidak adanya hubungan antara biaya yang terjadi dengan
objek biaya maka pengalokasian biaya tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan estimasi dan asumsi manajer keuangan.
B.
Harga Pokok Produk dan Jasa
Perusahaan
komersial pada dasarnya menghasilkan produk untuk mendapatkan pemasukan (income). Produk tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar yang cukup berbeda, yaitu barang (tangible product) dan jasa (intangible product). Barang atau produk
berwujud biasanya dihasilkan dari pengolahan bahan baku hingga menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi, seperti mobil, alat elektronik, makanan,
furnitur, dan lain-lain. Barang memiliki wujud fisik yang nyata dibandingkan
dengan jasa. Jasa atau produk tak berwujud biasanya berupa aktivitas pelayanan
yang dilakukan oleh perusahaan untuk membantu kepentingan konsumen dengan
menggunakan fasilitas milik perusahaan, contohnya persewaan, jasa audit, jasa
penilai, perbankan, dan lain sebagainya. Perbedaan jasa terhadap barang yang
utama dapat diidentifikasi dalam empat dimensi, antara lain:
1.
Intangibility
Jasa merupakan sebuah produk yang tidak berwujud
secara fisik. Maksudnya keberadaan produk tersebut tidak secara nyata dapat
diidentifikasi oleh panca indera manusia, tetapi manfaatnya dapat dinikmati
oleh komsumen. Misalnya jasa audit, konsumen tidak mengetahui bentuk
fisik/proses audit tersebut seperti apa, tetapi merasakan manfaat dari adanya
kegiatan audit.
2.
Perishability
Jasa merupakan produk yang tidak tahan lama, maksudnya
adalah pemanfaatan produk berupa jasa hanya dilakukan pada saat tertentu saja.
Misalnya jasa pengamanan, produk jasa tersebut hanya bisa dinikmati sepanjang
kontrak/kesepakatan dibuat, lebih dari waktu yang disepakati jasa tersebut
sudah tidak dapat dinikmati lagi secara langsung.
3. Inseparability
Jasa merupakan
produk yang tidak dapat memisahkan antara konsumen dan produsennya. Kedua belah
pihak berhubungan secara langsung dalam transaksi jasa ini.
4. Heterogenity
Produk jasa memiliki variasi yang sifatnya luas
menyesuaikan dengan kepentingan konsumen. Namun, produk jasa hendaknya memiliki
sebuah standar sebagai kontrol atas varian kepentingan konsumen.
Harga pokok produk merupakan pembebanan biaya yang
digunakan untuk mendukung tujuan manajerial perusahaan secara spesifik. Harga
pokok produk yang disajikan untuk masing-masing tujuan dapat berbeda. Hal ini
sesuai dengan prinsip dalam akuntansi biaya yaitu penetapan biaya yang berbeda
untuk tujuan yang berbeda pula. Oleh karena itu perusahaan membutuhkan
informasi tentang semua pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan suatu
produk yang didukung oleh internal
value chain. internal
value chain perusahaan
merupakan seperangkat aktivitas yang dibutuhkan untuk mendesain mengembangkan,
memproduksi, memasarkan, mendistribusikan, dan melakukaan pelayanan
produk. Aktivitas-aktivitas tersebut
merupakan objek dimana biaya dibebankan. Untuk tujuan yang berbeda, informasi yang diambil berdasarkan objek biaya juga berbeda.
Misalnya untuk membuat keputusan strategis perusahaan, maka seluruh biaya atas
aktivitas-aktivitas tersebut harus diungkapkan. Berbeda jika untuk tujuan
analisis taktis manajemen, hanya beberapa aktivitas saja yang diungkapkan.
Untuk penyajian laporan keuangan eksternal, perusahaan biasanya hanya mencantumkan
biaya produksinya saja.
Harga pokok produk dalam perusahaan manufaktur
biasanya berasal dari biaya produksi yang menghitung tiga jenis biaya, antara
lain:
1. Direct Material (Bahan Langsung)
Bahan langsung merupakan bahan baku produksi yang
secara fisik dapat ditelusuri langsung kepada sebuah produk. Biaya bahan
langsung dibebankan pada biaya produk.
2. Direct Labor (Tenaga Kerja Langsung)
Tenaga kerja langsung adalah waktu dan tenaga yang
dapat ditelusuri secara langsung kepada produk yang dihasilkan. Item ini
biasanya dihitung dengan satuan waktu atau lama pekerja menyelesaikan sebuah
pekerjaan. Pengamatan secara fisik/langsung dilakukan untuk mengidentifikasi
besar biayanya.
3.
Overhead
Overhead merupakan pos terakhir dimana biaya-biaya yang ada
tidak dapat dimasukkan pada bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead juga menampung biaya-biaya
tidak langsung yang dipakai untuk mendukung produksi.
Selain
pengelompokan ketiga biaya tersebut terdapat pula pengelompokan yang merupakan
kombinasi biaya yang dikenal dengan biaya utama dan biaya konversi. Biaya Utama
merupakan gabungan antara direct material
dan direct labor. Sedangkan biaya
konversi adalah gabungan antara biaya direct labor dan biaya overhead. Biaya konversi pada konsepnya
adalah biaya yang dibutuhkan untuk mengubah bahan baku menjadi produk olehan
atau produk jadi.
Adapula biaya yang muncul diluar dari biaya untuk memproduksi barang,
yang bisa disebut dengan biaya non-produksi. Biaya Non-produksi pada umumnya
dibedakan menjadi biaya penjualan dan biaya administrasi. Biaya penjualan biasa disebut dengan biaya
mendapatkan pesanan dan biaya memenuhi pesanan yang terdiri dari biaya
pemasaran, distribusi, dan biaya pelayanan pasca penjualan. Sedangkan biaya
administrasi yaitu seluruh biaya yang tidak dapat dibebankan pada produksi
maupun penjualan yang meliputi pengembangan, layanan administrasi, dan lain
sebagainya.
C.
Penyusunan
Laporan Laba Rugi
1.
Laporan
Keuangan Eksternal
Untuk memenuhi kebutuhan pelaporan eksternal,
biaya-biaya diklasifikasikan berdasarkan fungsi. Ketika menyusun laporan laba-rugi
, biaya produksi dipisahkan dari biaya penjualan dan administrasi. Hal ini
dilakukan karena biaya produksi dipandang sebagai harga pokok produk, sedangkan
biaya penjualan dan administrasi dipandang sebagai biaya periode. Jadi, biaya
produksi yang melekat pada produk yang terjual diakui sebagai beban (harga
pokok penjualan) pada laporan laba-rugi. Biaya produksi yang melekat pada
produk yang belum terjual dilaporkan sebagai persediaan di neraca. Beban
penjualan dan administrasi dianggap sebagai biaya periode dan harus dikurangi
setiap periode sebagai beban dan hal ini tidak tampak pada neraca.
2.
Laporan
laba rugi: perusahaan manufaktur
Laporan laba rugi berdasarkan klasifikasi fungsional
pada perusahaan manufaktur ditunjukkan pada contoh berikut ini:
PT HARIYO
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER
2013
Penjualan Rp.
xxx
Dikurangi
Harga Pokok Penjualan
Persediaan awal barang jadi Rp. xxx
Ditambah: Harga Pokok Produksi Rp. xxx +
Barang
yang tersedia untuk dijual Rp.
xxx
Dikurangi: Pesediaan Akhir Barang
Jadi Rp. xxx - Rp.
xxx +
Margin
Kotor Rp.
xxx
Dikurangi
beban operasi:
Beban penjualan Rp.
xxx
Beban administrasi Rp.
xxx + Rp. xxx -
Laba
sebelum pajak Rp.
Xxx
Pemasukan yang dihitung menurut klasifikasi
fungsional sering disebut sebagai perhitungan pemasukan biaya absorbsi (full costing) karena semua biaya
manufaktur dibebankan pada produk. Beban memiliki dua kategori fungsional utama
yaitu: harga pokok penjualan dan beban operasi. Setiap kategori tersebut
berhubungan dengan beban mannufaktur dan non manufaktur perusahaan. Harga pokok
penjualan (COGS) adalah biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang melekat pada unit yang
terjual. Untuk menghitung HPP, pertama-tama harga pokok produksi perlu
ditentukan.
Harga
pokok produksi (COGM) mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama
periode berjalan. Biaya yang hanya dibebankan pada barang yang diselesaikan
adalah biaya manufaktur dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Perincian dari pembebanan ini
diuraikan dalam daftar pendukung yang disebut sebagai laporan harga pokok
produksi. Contoh daftar pendukung untuk laporan laba rugi pada tampilan seperti
diatas ditunjukkan pada ilustrasi seperti berikut ini:
PT
HARIYO
LAPORAN
HARGA POKOK PRODUKSI
UNTUK
TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013
Bahan
baku langsung:
Persediaan awal 200
(+) Pembelian 450
Bahan baku yang tersedia 650
(-)
Persediaan akhir 50
Bahan
baku langsung ynag terpakai 600
Tenaga
kerja langsung 350
Overhead
manufaktur:
Tenaga kerja tidak langsung 123
Depresiasi 177
Sewa 50
Listrik, air, dll 37
Pajak properti 13
Pemeliharaan 50 450
Total
tambahan biaya manufaktur 1400
(+)
Barang dalam proses awal 200
Total
biaya manufaktur 1600
(-) Barang dalam proses akhir 400
Harga
pokok produksi 1200
Barang dalam proses (WIP) terdiri atas semua unit
yang telah diselesaikan sebagian dalam produksi pada titik waktu tertentu.
Barang dalam roses awal terdiri atas unit yang diselesaikan sebagian dan telah
ada pada awal periode. Barang dalam proses akhir terdiri atas unit yang ada
pada akhir periode. Dalam laporan harga pokok produksi, biaya unit yang
diselesaikan sebagian dilaporkan sebagai biaya barang dalam proses awal dan biaya
barang pada proses akhir. Biaya barang dalm proses awal mencerminkan biaya
manufaktur yang tercatat dari periode sebelumnya, sedangkan biaya barang dalam
proses akhir mencerminkan biaya manufaktur yang akna dicatatat pada periode
selanjutnya. Pada kedua kasus, tambahan biaya manufaktur harus dikeluarkan
untuk menyelesaikan unit-unit barang dalam proses.
3.
Laporan
Laba Rugi: Perusahaan Jasa
Pada perusahaan jasa perhitungan biaya jasa yang
terjual berbeda dari biaya penjualan dalam perusahaan manufaktur. Perusahaan
jasa tidak memiliki persediaan awal atau akhir barang jadi karena tidak mungkin
perusahaan menyimpan jasa. Jadi, kaau dibandingkan dengan perusahaan manufaktur
biaya penjualan jasa dapat disamakan dengan harga pokok produksi. Selain itu
harga pokok penjualan jasa selama suatu periode (sama dengan harga pokok
produksi) dapat dihitung dengan format yang sama dengan ilustrasi yang terlihat
diatas. Barang dalam proses merupakan hal yang mungkin bagi produk jasa. Seaai
contoh seorang arsitek mungkin memiliki gambar dalam proses dan seorang dokter
gigi memiliki beberapa pasien dengan berbagai tahap proses pemansangan kawat
gigi.
D.
Sistem
Akuntansi Manajemen Berdasarkan Fungsi dan Aktivitas
1.
Jenis-Jenis
Sistem Akuntansi Manajemen: Gambaran Umum Singkat
Sistem akuntansi manajemen dapat diklasifikasikan
secara umum sebagai sistem berdasarkan fungsi dan sistem berdasarkan aktivitas.
Pendekatan berdasarkan fungsi danaktivitas dapat ditemukan dalam praktik nyata.
Sistem akuntansi manajemen berdasarkan fungsi (functional based management-FBM) telah dikenal dari tahun 1900-an
dan masih digunakan secara luas dalam sektor manufaktur dan jasa. Sistem
akuntansi manajemen berdasarkan aktivitas (activity
based management-ABM) merupakam sistem yang lebih baru (dikembangkan dalam
30 tahun terakhir). Sistem biaya berdasarkan aktivitas digunakan secara luas
dan pemanfaatanya semakin tinggi, khususnya di antara organisasi-organisasi
yang memiliki beragam produk dan pelanggan, produk yang lebih rumit, siklus
waktu produk yang lebih pendek, peningkatan prasayarat kualitas, dan tekanan
persaingan yang ketat. ABM digunakan
dalam industri medis, industri keuangan, industri transportasi, dan dalm semua
jenis industri manufaktur.
2.
Sistem
FBM vs ABM
Elemen utama dari model FBM adalah fungsi, sedangkan
elemen utama dari model ABM adalah aktivitas. Fungsi-fungsi biasanya
dikelompokkan dalam unit-unit organisasional, seperti departemen dan pabrik
(contohnya: teknik, pengendalian kualitas, dan perakitan adalah fungsi-fungsi
yang diatur dalam departemen) aktivitas-aktivitas dengan tujuan umum
dikelompokkan bersama dalam satu bentuk proses. sebagai contoh pembelian
barang, penerimaan barang, dan pembayaran barang yang diterima adalah aktivitas
utama yang menggambarkan proses pengadaan persediaan.
3.
Tinjauan
biaya FBM
Dalam sistem akuntansi FBM, biaya-biaya sumber daya
dibebankan pada unit-unit yang berfungsi, kemudian produk. Dalam pembebanan
biaya, penelusuran langsung dan penelusuran penggerak digunakan. Namun,
penelusuran penggerak dalam siistem FBM hanya menggunakan penggerak produksi
(tingkat unit) yang merupakan pengukuran konsumsi yang sangat berkorelasi
dengan keluaran produksi, seperti jam kerja dari tenaga kerja langsung, baghan
langsung, dan jam kerja mesin adalah hanya pengerak yang diasumsikan penting.
Karena sistem FBM hanya menggunakan penggerak yang berhubungan dengan fungsi
produksi untuk membebani biaya, pendekatan pembebanan biaya ini dianggap
sebagai perhitungan biaya berdasarkan produksi atau fungsi (functional based costing-FBC). Berikut
adalah diagram FBM:
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
4.
Tinjauan
biaya ABM
Dalam perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing-ABC) biaya
ditelusuri hingga aktivitas, kemudian produk. Sebagaimana perhitungn biaya
bedasarkan fungsi, penelusuran langsung dan penelusuran penggerak digunakan.
Namun, penelusuran penggerak secara signifikan diperluas dengan mengidentifikasi
dan menggunakan penggerak yang tidak berhubungan dengan volume produk yang
diproduksi (penggerak berdasarkan nonunit). Jadi, pembebanan biaya berdasarkan aktivitas menekankan pada
penelusuran alokasi, bahkan, bisa disebut sebagai penelusuran yang intensif.penggunaan
pengerak unit dan nonunit meningkatkan keakuratan pembebanan biaya, kualitas
keseluruhan, dan informasi biaya yang relevan. Sebagai contoh, pertimbangkanlah
pembebanan biaya dari akivitas “mengerakkan bahan mentah dan bahan setengah
jadi dari satu titik ke titik lain dalam suatu pabrik”. Jumlah penggerak uyang
dibutuhkan untuk suatu produk adalah ukuran yang jauh lebih baik dri permintaan
produk untuk aktivitas penggunaan bahan dari dari jumlah unit yang diproduksi.
Pada kenyataanya, jumlah unit yang diproduksi bisa jadi tidak berpengaruh pada
pengukuran permintaan produk untuk penanganan bahan. Suatu kelompok yang
terdiri dari 10 unit bisa saja membutuhkan aktivitas penanganan bahan yang sama
dengan satu kelompok yang terdiri dari 100 unit).
Perhitungan harga produk berdasarkan aktivitas
cenderung fleksibel. Informasi biaya dibuat untuk mendukung beragai tujuan
manajerial, termasuk tujuan pelaporan keuangan. Definisi peritungan harga pokok
produksi yang lebih komprehensif ditekankan pada perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan yang lebih baik. Berikut adalah gambaran ABM:
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
![]() |
||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
5.
Tinjauan
efisiensi operasional FBM
Pendekatan manajen berdasarkan fungsi untuk
pengendalian membebankan biaya pada unit organisasional, kemudian memuntut
tanggung jawab manajer unit organisasional untuk mengendalikan biaya yang
dibebankan. Kinerja diukur dengan membandingkan hasil aktual dengan standar
atau hasil yang dianggarkan. Penekanannya adalah ukuran dari keuangan dari
kinerja (ukuran nonkeuangan biasanya diabaikan). Manajer diberi penghargaan
berdasarkan kemampuan mereka untuk mengendalikan biaya. Jadi, pendekatan
berdasarkan fungsi menelusuri biaya individu yang bertanggung jawab atas biaya
yang terjadi. Sistem penghargaan digunakan untuk memotivasi individual ini
untuk mengelola biaya dengan meningkatkan efisiensi operasional unit organisasi
mereka. Pendekatan ini menganggap bahwa memekasimalkan kinerja organisasi
secara keseluruhan tercapai dengan memaksimalkan kinerja subunit organisasi
individua (disebut sebagai pusat pertanggungjawaban).
6.
Tinjauan
efisiensi operasional ABM
Manajemen berdasarkan aktivitas fokus pada
pengelolaan aktivitas dengan tujuan memperbaiki nilai yang diterima pelanggan
dan laba yang diterima dengan menyediakan nilai ini. Hal ini meliputi analisi
penggerak, analisis aktivitas, evaluasi kinerja, dan penggunaan perhitungan
biaya bedasarkan aktivitas sebagai sumber informasi utama. Tinjauan proses
berkaitan dengan identifikasi faktor-faktor penyebab biaya suatu aktivitas (menjelaskan
penyebab munculnya biaya), pengukuran pekerjaan apa yang telah dilakukan (mengidentifikasi
aktivitas), serta evaluasi kinerja peerjaan dan ahsil yang dicapai (seberapa
baik aktivitas yang dikerjakan). Jadi pengendalian berdasarkan aktivitas
membutuhkan informasi terperinci mengenai aktivitas.
Berikut dipaparkan perbandingan antara sistem
manajemen biaya berdasarkan fungsi dan aktivitas:
No.
|
Berdasarkan
Fungsi
|
Berdasarkan
aktivitas
|
1
|
Penggerak berdasarkan unit
|
Penggerak berdasarkan unit dan non
unit
|
2
|
Intensif dalam pengalokasian
|
Intensif dalam penelusuran
|
3
|
Perhitungan harga pokok produk secara
sempit dan kaku
|
Perhitungan harga pokok produk secara
luas dan fleksibel
|
4
|
Fokus pada pengelolaan biaya
|
Fokus pada pengelolaan aktivitas
|
5
|
Informasi aktivitas sedikit
|
Informasi aktivitas terperinci
|
6
|
Maksimalisasi kinerja individual
|
Maksimalisasi kinerja seluruh sistem
|
7
|
Penggunaaan
ukuran keuangan untuk kinerja
|
Penggunaan
ukuran keuangan dan nonkeuangan untuk kinerja
|
7.
Pilihan
dari Sistem Akuntansi Manajemen
Akuntansi
manajemen berdasarkan aktivitas menawarkan keuntungan yang signifikan, termasuk
memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk, memperbaiki pengabilan keputusan,
serta meningkatkan perencanaan strategis dan kemampuan yang lebih baik dalam
mengelola aktivitas. Secara khusus, sistem berdasarkan aktivitas sesuai untuk
mendukung sasaran perbaikan berkelanjutan yang merupakan tujuan penting bagi
perusahaan untuk bersaing secara global, akan tetapi berbagai manfaat tersebut
tidak diperoleh secara gratis. Sistem akuntansi ini lebih rumit dan memerlukan
perbaikan signifikan atas aktivitas pengukuran, dan pengukuran bisa menjadi mahal.
Akan tetapi biaya pengukuran telah menurun dengan kemajuan teknologi informasi
sehingga sistem berdasarkan aktivitas semakin menarik. Penggunaan ABC dan ABM
semakin meluas dan perhatian terhadap akuntansi manajemen berdasarkan aktivitas
pun semakin tinggi.
II.
JURNAL PERANAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN
COST OF GOODS MANUFACTURED
A.
Pendahuluan
Jurnal
Tujuan penulisan adalah
untuk mengetahui proses produksi sebuah perusahaan tekstil di Bandung dan untuk
menganalisis perbandingan metode penentuan harga pokok produksi yang telah
diterapkan perusahaan (traditional
costing) dan Activity Based Costing.
Biaya merupakan pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang atau
jasa yang diharapkan akan memberikan keuntungan atau manfaat pada saat ini atau
masa yang akan datang (Daljono, 2004). Mulyadi (2000), mendefinisikan biaya
sebagai suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satu satuan uang
yang terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
menurut Hansen dan Mowen (2007) biaya didefinisikan sebagai kas atau
setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan
dapat memberikan manfaat baik sekarang maupun pada masa yang akan datang bagi
perusahaan. Jadi secara umum biaya merupakan sumber daya ekonomi yang harus
dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu yang bermanfaat baik untuk masa
sekarang maupun masa yang akan datang.
Biaya dikelompokkan menjadi
dua, yaitu biaya langsung yang mudah ditelusuri langsung pada produk dan biaya
tidak langsung (biaya overhead
pabrik) yaitu biaya yang tidak mudah ditelusuri langsung pada produk jadi namun
diperlukan untuk mendukung kelancaran proses produksi. Biaya langsung dibagi
menjadi biaya bahan baku langsung (direct
material) dan biaya tenaga kerja langsung (direct labor).
1. Biaya
Bahan Baku
Pada perusahaan yang menjadi objek penelitian, biaya
bahan baku langsung untuk memproduksi tekstil adalah benang. Kebutuhan benang
tiap bulan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Biaya Bahan Baku Tahun 2009
2.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Total rincian biaya tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk produksi kain grey selama
tahun 2009 yaitu:
Tabel 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2009
3. Biaya Overhead Pabrik
Jenis
biaya overhead pabrik yang dimasukkan dalam perhitungan Cost Of Goods
Manufactured adalah biaya listrik, biaya obat, biaya sparepart, biaya umum, oli dan service, biaya inspeksi,
biaya setup dan biaya depresiasi.
Tabel 3. Biaya Overhead Pabrik Tahun
2009
Dari biaya yang telah disebutkan di atas, produksi
kain grey yang dihasilkan bisa kita
lihat dalam tabel berikut:
|
|
|
|
Tabel 4: Produksi Kain Grey
Tahun 2009
B. Permasalahan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Seperti yang kita ketahui, biaya overhead pabrik memiliki sifat biaya
semi variabel, yaitu memiliki komponen biaya tetap dan biaya variabel di
dalamnya. Oleh karena itu, agar bisa menentukan harga Cost Of Goods Manufactured per unit yang akurat, biaya overhead ini juga harus dibebankan
secara akurat pada Cost Of Goods
Manufactured per unit nya.
Penentuan Cost
Of Goods Manufactured yang lebih akurat penting bagi manajemen sebagai
dasar untuk pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah dalam membuat berbagai
keputusan, antara lain:
1. Menentukan
harga jual
2. Mempertimbangkan
menolak atau menerima suatu pesanan
3. Memantau
realisasi biaya
4. Menghitung
laba rugi tiap pesanan
5. Menentukan
Cost Of Goods Manufactured persediaan
produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca. (Daljono,
2004).
Sistem
Biaya Tradisional
Pada sistem biaya tradisional, biaya overhead pabrik dialokasikan secara
arbitrer kepada Cost Of Goods
Manufactured berdasar suatu dasar alokasi tunggal. Akibatnya nilai Cost Of Goods Manufactured menjadi tidak
akurat ketika perusahaan memiliki beberapa produk yang membutuhkan penanganan
yang berbeda. Produk dengan kebutuhan penanganan khusus biasanya dihargai lebih
rendah dari yang seharusnya, sedangkan produk tidak memerlukan penanganan
khusus, biasanya dihargai terlalu tinggi.
Cara mengalokasikan biaya overhead pabrik dalam sistem biaya tradisional, yaitu pertama
dilakukan alokasi biaya ke pusat-pusat biaya (cost centre), setelah itu biaya yang terakumulasi dalam tiap pusat
biaya dialokasikan ke produk dengan menggunakan pemicu unit based tersebut (misalnya jam tenaga kerja langsung).
Sistem
Biaya Activity-Based Costing (ABC)
Activity-based costing
(ABC) telah dikembangkan pada organisasi sebagai suatu solusi untuk
masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh sistem biaya
tradisional, Sistem biaya ABC ini merupakan hal yang baru sehingga konsepnya
masih dan terus berkembang, sehingga ada berbagai defenisi yang menjelaskan
tentang sistem biaya ABC itu sendiri.
Morse, Davis dan Hartgraves (1991) memberikan
definisi mengenai Activity-Based Costing
sebagai sistem pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya ke objek biaya
dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. Sistem ABC ini didasarkan pada
pemikiran bahwa aktivitas penyebab biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan
keobjek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan.
Sistem ABC ini menelusuri biaya ke produk sebagai
dasar aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut. Sistem biaya ABC menelusuri biaya produksi
tidak langsung ke unit, batch,
lintasan produk, dan seluruh fasilitas berdasarkan aktifitas tiap level. Metode
penentuan biaya ini menghasilkan biaya akhir produk yang lebih akurat dan lebih
realistis.
Menurut Mulyadi (1993), prosedur pembebanan biaya overhead dengan sisitem ABC dilakukan
dengan pengumpulan biaya dalam cost pool
yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, yang terdiri dari empat
langkah:
1.
mengidentifikasi dan menggolongkan biaya
kedalam berbagai aktifitas;
2.
mengklasifikasikan aktifitas biaya
kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam
aktivitas yang terdiri dari empat kategori yaitu: unit level activity costing, batch related activity costing, product
sustaining activity costing, facility sustaining activity costing;
3.
mengidentifikasikan cost driver, dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan
tarif/unit cost driver.
4.
menentukan tarif/unit cost driver yaitu biaya per unit cost driver yang dihitung untuk suatu
aktivitas.
Perbandingan
Sistem Biaya ABC dengan Sistem Biaya Tradisional
Salah satu kelemahan sistem biaya tradisional adalah
ketidaktepatan dalam menggunakan informasi biaya bagi perusahaan manufaktur.
Hal ini berbeda dengan sistem biaya ABC yang memberikan informasi biaya yang
lebih akurat. Sistem biaya ABC menelusuri biaya produksi tidak langsung ke
unit, batch, lintasan produk, dan
seluruh fasilitas berdasarkan aktifitas tiap level. Metode penentuan biaya ini
menghasilkan biaya akhir produk yang lebih akurat dan lebih realistis.
Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional
dan sistem biaya ABC yang dikemukakan oleh Tunggal (1995) adalah sebagai
berikut:
1. Sistem
biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu biaya (driver) untuk
menentukan seberapa besar konsumsi overhead
dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan
satu atau dua basis alokasi yang non reprersentatif.
2. Sistem
biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya
tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba.
Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk penentuan harga dan
profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.
3. Sistem
biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah
ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional
silang mengenai organisasi.
4. Sistem
biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari
pada sistem tradisional , karena kelompok biaya (cost pools) dan pemicu biaya (cost
driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data
biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila
kebutuhan muncul.
C. Perhitungan Cost Of Goods Manufactured
1.
Sistem
Tradisional
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa metode
perhitungan Cost Of Goods Manufactured
yang selama ini digunakan perusahaan adalah berdasarkan metode tradisional
yaitu dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Cost Of Goods Manufactured per yard
diperoleh dengan membagi total Cost Of
Goods Manufactured dengan jumlah produksi (yard) pada bulan tersebut. Tabel 5 menunjukkan besarnya Cost Of Goods Manufactured yang
ditetapkan perusahaan selama tahun 2009. Dari Tabel 5, terlihat bahwa Cost Of Goods Manufactured yang
dihasilkan perusahaan berubah-ubah sesuai dengan jumlah produksi kain grey yang dihasilkan setiap bulan.
Perhitungan Cost Of Goods Manufactured
dengan menggunakan sistem tradisional dapat dilihat pada Tabel 5.
Bulan
|
Biaya Bahan Baku
|
Biaya Tenaga Kerja
|
Biaya Overhead
|
Total Cost Of Goods Manufactured
|
Jumlah Produksi (yard)
|
Cost Of Goods Manufactured Per yard
|
Januari
|
1,581,991,501
|
602,538,888
|
1,737,230,550.44
|
3,921,760,939.02
|
666,080.00
|
5,887.82
|
Februari
|
1,137,980,106
|
433,136,296
|
1,472,378,657.89
|
3,043,495,059.44
|
479,086.00
|
6,352.71
|
Maret
|
1,406,930,215
|
534,973,066
|
1,593,162,398.35
|
3,535,065,678.83
|
591,190.00
|
5,979.58
|
April
|
1,261,169,019
|
478,859,321
|
1,520,890,505.96
|
3,260,918,845.24
|
529,413.00
|
6,159.50
|
Mei
|
1,670,358,471
|
542,664,660
|
1,706,675,449.04
|
3,919,698,579.14
|
700,484.00
|
5,595.70
|
Juni
|
1,474,852,732
|
516,801,998
|
1,613,833,358.99
|
3,605,488,088.40
|
617,881.00
|
5,835.25
|
Juli
|
1,993,153,319
|
636,906,182
|
1,854,536,968.73
|
4,484,596,469.69
|
834,190.00
|
5,375.99
|
Agustus
|
1,409,313,313
|
451,563,694
|
1,580,914,120.67
|
3,441,791,128.37
|
589,251.00
|
5,840.96
|
September
|
1,541,194,858
|
505,466,058
|
1,640,097,657.23
|
3,686,758,573.56
|
643,753.00
|
5,726.98
|
Oktober
|
1,447,213,192
|
470,113,784
|
1,595,098,471.21
|
3,512,425,447.04
|
603,898.00
|
5,816.26
|
November
|
789,420,790
|
272,874,800
|
1,290,502,679.08
|
2,352,798,269.61
|
329,086.00
|
7,149.49
|
Desember
|
1,306,770,552
|
419,074,413
|
1,522,280,861.58
|
3,248,125,826.20
|
539,413.00
|
6,021.59
|
Tabel 5. Perhitungan Cost Of Goods Manufactured Sistem
Tradisional
Aktivitas
yang diharapkan (dalam jam mesin) = 310.000.
Predetermined overhead rate = Budgeted overhead /
Normal activity.
Bulan
|
Applied Overhead
|
Actual Overhead
|
Selisih
|
Keterangan
|
Januari
|
1,629,634,335.70
|
1,640,561,234.75
|
10,926,899.05
|
Underapplied
|
Februari
|
1,270,981,005.53
|
1,285,588,677.20
|
14,607,671.67
|
Underapplied
|
Maret
|
1,554,104,223.42
|
1,570,399,284.59
|
16,295,061.17
|
Underapplied
|
April
|
1,424,730,977.20
|
1,443,891,237.65
|
19,160,260.45
|
Underapplied
|
Mei
|
1,477,650,614.59
|
1,490,557,239.73
|
12,906,625.14
|
Underapplied
|
Juni
|
1,582,597,874.62
|
1,600,856,327.21
|
18,258,452.59
|
Underapplied
|
Juli
|
1,823,428,606.67
|
1,808,663,723.87
|
(14,764,882.80)
|
Overapplied
|
Agustus
|
1,489,119,107.21
|
1,504,956,224.53
|
15,837,117.32
|
Underapplied
|
September
|
1,560,738,093.17
|
1,573,342,689.11
|
12,604,595.94
|
Underapplied
|
Oktober
|
1,566,283,789.14
|
1,579,335,477.94
|
13,051,688.80
|
Underapplied
|
November
|
1,217,235,430.20
|
1,199,067,215.67
|
(18,168,214.53)
|
Overapplied
|
Desember
|
1,433,890,359.94
|
1,447,366,175.45
|
13,475,815.51
|
Underapplied
|
Tabel 6
Perbandingan Applied Overhead dan
Actual Overhead
Tabel 6 menunjukkan
perbandingan antara Applied Overhead dan
Actual Overhead. Perbedaan antara applied
overhead dan actual overheal adalah overhead
variance. Varians merupakan Underapplied
overhead jika actual overhead
lebih besar dibandingkan applied overhead.
Sedangkan Overapplied overhead terjadi
karena actual overhead lebih kecil
dibandingkan applied overhead.
Apabila jumlahnya tidak material, varians
overhead yang akan dibebankan pada Cost
of Goods Sold. Sedangkan jika varians
overhead jumlahnya material akan dialokasikan pada Cost of Goods Sold, finished goods dan work-in-process inventory.
Bulan
|
Biaya Bahan Baku
|
Biaya Tenaga Kerja
|
Biaya Overhead
|
Total Cost Of Goods Manufactured
|
Jumlah Produksi (yard)
|
Cost Of Goods Manufactured Per yard
|
Januari
|
950,421,734
|
361,520,709
|
896,635,122.81
|
2,208,577,565
|
363,844
|
6,070.12
|
Februari
|
725,968,369
|
278,255,150
|
699,128,133.24
|
1,703,351,652
|
265,997
|
6,403.64
|
Maret
|
814,183,822
|
334,376,713
|
855,168,461.56
|
2,003,728,997
|
320,155
|
6,258.63
|
April
|
761,384,669
|
282,515,165
|
781,050,866.29
|
1,824,950,700
|
296,177
|
6,161.69
|
Mei
|
1,028,572,691
|
348,425,126
|
812,597,729.93
|
2,189,595,547
|
381,766
|
5,735.44
|
Juni
|
861,169,002
|
314,241,099
|
870,428,831.04
|
2,045,838,932
|
343,335
|
5,958.73
|
Juli
|
1,088,125,697
|
377,707,312
|
995,467,585.79
|
2,461,300,594
|
456,005
|
5,397.54
|
Agustus
|
806,087,605
|
278,669,322
|
820,035,453.56
|
1,904,792,381
|
326,888
|
5,827.05
|
September
|
923,046,760
|
316,494,254
|
888,827,117.47
|
2,128,368,132
|
350,564
|
6,071.27
|
Oktober
|
841,117,855
|
276,987,298
|
856,207,695.51
|
1,974,312,849
|
335,644
|
5,882.17
|
November
|
585,047,520
|
169,689,186
|
667,731,063.63
|
1,422,467,769
|
178,197
|
7,982.54
|
Desember
|
779,618,852
|
260,777,964
|
789,621,814.65
|
1,830,018,631
|
299,477
|
6,110.71
|
Tabel 7. Perhitungan Cost Of Goods Manufactured Kain Grey Polos
Bulan
|
Biaya Bahan Baku
|
Biaya Tenaga Kerja
|
Biaya Overhead
|
Total Cost Of Goods Manufactured
|
Jumlah Produksi (yard)
|
Cost Of Goods Manufactured Per yard
|
Januari
|
631,569,767
|
241,018,179
|
732,999,212.90
|
1,605,587,159
|
302,236
|
5,312.36
|
Februari
|
412,011,737
|
154,881,146
|
571,852,872.29
|
1,138,745,755
|
213,089
|
5,344.00
|
Maret
|
592,746,393
|
200,596,352
|
698,935,761.86
|
1,492,278,507
|
271,036
|
5,505.84
|
April
|
499,784,350
|
196,344,156
|
643,680,110.91
|
1,339,808,617
|
233,236
|
5,744.44
|
Mei
|
641,785,780
|
194,239,534
|
665,052,884.66
|
1,501,078,198
|
318,718
|
4,709.74
|
Juni
|
613,683,729
|
202,560,899
|
712,169,043.58
|
1,528,413,672
|
274,546
|
5,567.05
|
Juli
|
905,027,623
|
289,198,870
|
827,961,020.88
|
2,022,187,513
|
378,186
|
5,347.08
|
Agustus
|
603,225,708
|
172,894,372
|
669,083,653.65
|
1,445,203,734
|
262,363
|
5,508.41
|
September
|
618,148,098
|
188,971,804
|
671,910,975.70
|
1,479,030,878
|
293,189
|
5,044.64
|
Oktober
|
606,095,337
|
193,126,486
|
710,076,093.63
|
1,509,297,916
|
268,254
|
5,626.37
|
November
|
204,373,271
|
103,185,614
|
549,504,366.57
|
857,063,251
|
150,889
|
5,680.10
|
Desember
|
527,151,700
|
158,296,448
|
644,268,545.29
|
1,329,716,694
|
239,936
|
5,541.97
|
Tabel 8. Perhitungan Cost Of Goods Manufactured Kain Grey
Corak
2.
Sistem
Activity Based Costing
Metode ABC mencoba mengatasi masalah pembebanan
biaya overhead pabrik. Dalam metode
ini, biaya overhead akan dibebankan
kepada produk berdasarkan konsumsi aktivitasnya secara nyata. Aktivitas-aktivitas
yang dapat diidentifikasi dalam proses produksi yaitu biaya overhead yang dikeluarkan akibat
dilakukannya aktivitas tersebut antara lain biaya listrik, biaya oli dan service, biaya obat, biaya sparepart, biaya umum, biaya service, biaya inspeksi, depresiasi
bangunan, mesin dan kendaraan. Aktivitas-aktivitas produksi dikelompokkan
menjadi beberapa pusat aktivitas yaitu:
Aktivitas Pemeliharaan Inventaris:
a) Biaya
Depresiasi Gedung
b) Biaya
Depresiasi Mesin Biaya
c) Depresiasi
Kendaran
d) Biaya
Umum
Aktivitas
Proses Penenunan Kain:
a) Biaya
Setup
b) Biaya
Listrik
c) Biaya
Obat
d) Biaya
Sparepart
e) Biaya
Oli dan service
Aktivitas inspeksi: Biaya inspeksi
Setelah tahapan identifikasi aktivitas, selanjutnya
dibuat penentuan tarif per unit cost
driver. Untuk itu perlu diketahui cost
driver untuk masing-masing biaya yang ditunjukkan oleh tabel 9:
Aktivitas
|
Cost driver
|
Unit level
activity cost
|
|
Biaya
Listrik
|
Kwh
|
Biaya
Obat
|
total
produksi
|
Biaya
Sparepart
|
total
produksi
|
Biaya
Oli dan service
|
total
produksi
|
Batch-related
activity cost
|
|
Biaya
Inspeksi
|
jam
tenaga kerja manusia
|
Biaya
Umum
|
kapasitas
produksi
|
Biaya
Setup
|
putaran
produksi
|
Fasility-sustaining
activity cost
|
|
Biaya
Depresiasi Bangunan
|
luas
lantai (meter)
|
Biaya
Depresiasi Mesin
|
jam
mesin
|
Biaya
Depresiasi Kendaraan
|
jam
tenaga kerja manusia
|
Tabel 9. Cost driver
Setelah mengetahui cost driver untuk masing-masing biaya, tahapan selanjutnya adalah
penentuan tarif per unit cost driver.
Tahapan ini perlu agar dapat menentukan berapa besar jumlah setiap biaya
aktivitas dan dapat menentukan besarnya tarif untuk masing-masing kain grey polos dan kain corak. Tabel
penentuan tarif per unit cost driver
bulan Januari dapat dilihat sebagai berikut:
Aktivitas
|
Cost driver
|
Jumlah
|
Tarif
|
Unit level
activity cost
|
|
|
|
Biaya
Listrik
|
3,279.14
|
482,201,039.21
|
147,051.07
|
Biaya
Obat
|
666,080.00
|
148,443,151.30
|
222.86
|
Biaya
Sparepart
|
666,080.00
|
92,603,743.07
|
139.03
|
Biaya
Oli dan service
|
666,080.00
|
5,500,000.00
|
8.26
|
Batch-related
activity cost
|
|
|
|
Biaya
Inspeksi
|
240
|
15,700,000.00
|
65,416.67
|
Biaya
Umum
|
771,430.00
|
7,567,609.86
|
9.81
|
Biaya
Setup
|
2,000.00
|
6,500,000.00
|
3,250.00
|
Fasility-sustaining
activity cost
|
|
|
|
Biaya
Depresiasi Bangunan
|
458,806,461.61
|
228,014,919.00
|
0.5
|
Biaya
Depresiasi Mesin
|
290,800.00
|
745,785,285.00
|
2,564.60
|
Biaya
Depresiasi Kendaraan
|
240
|
4,914,803.00
|
20,478.35
|
Tabel 10. Penentuan Tarif Per Unit Cost driver Bulan Januari 2009
Setelah dibuat tabel penentuan tarif per unit cost driver selanjutnya dibuat alokasi
biaya overhead ke produk kain grey polos dan corak.
Cost driver
|
Tarif
|
Total
|
|
Biaya
Listrik
|
|
|
|
Polos
|
1,639.57
|
147,051.07
|
241,100,519.61
|
Corak
|
1,639.57
|
147,051.07
|
241,100,519.61
|
Biaya
Obat
|
|
|
|
Polos
|
363,844.00
|
222.86
|
81,086,581.10
|
Corak
|
363,844.00
|
222.86
|
81,086,581.10
|
Biaya
Sparepart
|
|
|
|
Polos
|
363,844.00
|
139.03
|
50,584,488.79
|
Corak
|
302,236.00
|
139.03
|
50,584,488.79
|
Biaya
Oli dan service
|
|
|
|
Polos
|
363,844.00
|
8.26
|
3,004,356.83
|
Corak
|
302,236.00
|
8.26
|
2,495,643.17
|
Biaya
Inspeksi
|
|
|
|
Polos
|
108
|
65,416.67
|
7,065,000.00
|
Corak
|
132
|
65,416.67
|
8,635,000.00
|
Biaya
Umum
|
|
|
|
Polos
|
424,286.50
|
9.81
|
4,162,250.57
|
Corak
|
347,143.50
|
9.81
|
3,405,477.74
|
Biaya
Setup
|
|
|
|
Polos
|
1,000.00
|
3,250.00
|
3,250,000.00
|
Corak
|
1,000.00
|
3,250.00
|
3,250,000.00
|
Biaya Depresiasi Bangunan...
|
|||
Biaya
Depresiasi Bangunan
|
|
|
|
Polos
|
298,224,200.05
|
0.5
|
148,209,697.35
|
Corak
|
160,582,261.56
|
0.5
|
79,805,221.65
|
Biaya
Depresiasi Mesin
|
|
|
|
Polos
|
160,000.00
|
2,564.60
|
410,335,782.67
|
Corak
|
130,800.00
|
2,564.60
|
335,449,502.33
|
Biaya
Depresiasi Kendaraan
|
|
|
|
Polos
|
108
|
20,478.35
|
2,211,661.35
|
Corak
|
132
|
20,478.35
|
2,703,141.65
|
Tabel 11. Alokasi Biaya Overhead Pabrik Ke Produk
Setelah dibuat tabel alokasi biaya overhead pabrik ke produk selanjutnya
membuat ringkasan perkiraan perhitungan Cost
Of Goods Manufactured dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC). Tabel 12 menunjukkan perhitungan Cost Of Goods Manufactured bulan Januari
dengan menggunakan metode ABC, yang merupakan penjumlahan dari setiap jenis
aktivitas untuk memproduksi kain grey.
Cost Of Goods Manufactured per yard diperoleh
dari jumlah biaya seluruh aktivitas dibagi dengan jumlah produk yang
dihasilkan.
Polos
|
Corak
|
|
Biaya
Bahan Baku
|
950,421,733.55
|
631,569,767.18
|
Biaya
Tenaga Kerja
|
361,520,708.58
|
241,018,179.27
|
Biaya
Overhead :
|
|
|
Unit level
activity cost
|
|
|
Biaya
Listrik
|
241,100,519.61
|
241,100,519.61
|
Biaya
Obat
|
81,086,581.10
|
67,356,570.20
|
Biaya
Sparepart
|
50,584,488.79
|
42,019,254.28
|
Biaya
Oli dan service
|
3,004,356.83
|
2,495,643.17
|
Batch-related
activity cost
|
|
|
Biaya
Inspeksi
|
7,065,000.00
|
8,635,000.00
|
Biaya
Umum
|
4,162,185.42
|
3,405,424.44
|
Biaya
Setup
|
3,250,000.00
|
3,250,000.00
|
Fasility-sustaining
activity cost
|
|
|
Biaya
Depresiasi Bangunan
|
148,209,697.35
|
79,805,221.65
|
Biaya
Depresiasi Mesin
|
410,335,782.67
|
335,449,502.33
|
Biaya
Depresiasi Kendaraan
|
2,211,661.35
|
2,703,141.65
|
Cost Of Goods
Manufactured
|
2,152,761,986.12
|
1,768,998,952.32
|
Unit
yang diproduksi (yard)
|
363,844
|
302,236.00
|
Cost Of Goods
Manufactured per yard
|
5,916.72
|
5,853.04
|
Tabel 12. Perhitungan Cost Of Goods Manufactured dengan metode
ABC Januari 2009
Berdasarkan hasil perhitungan Cost Of Goods Manufactured dengan metode Activity Based Costing pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa secara
umum pada bulan Januari biaya overhead
untuk kain grey polos lebih besar
dibandingkan dengan biaya overhead
untuk kain grey corak. Ini
dikarenakan perusahaan lebih banyak menerima permintaan produk kain grey polos dari pelanggan sehingga
membutuhkan biaya utama dan biaya overhead
yang pastinya akan lebih besar dibandingkan dengan produk kain grey corak. Selain itu dapat dilihat
biaya inspeksi untuk kain grey corak
lebih besar, hal ini dikarenakan kain grey
corak merupakan produk yang membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi untuk
membuatnya sehingga dibutuhkan biaya inspeksi yang lebih besar.
D.
Analisis Perbandingan Cost Of Goods Manufactured antara Metode Tradisional dengan Metode
Activity Based Costing
Perhitungan Cost Of Goods Manufactured yang selama
ini digunakan perusahaan adalah menggunakan metode tradisional, yaitu
menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Dalam metode Activity Based Costing (ABC), Cost Of Goods Manufactured diperoleh
dari penjumlahan konsumsi aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam proses
produksi untuk menghasilkan satu yard kain grey.
Ringkasan hasil perhitungan Cost Of Goods
Manufactured per yard antara metode ABC dengan metode perusahaan selama
Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 13:
Bulan
|
Tradisional
|
ABC
|
Selisih
|
Tradisional
|
ABC
|
Selisih
|
Polos
|
Polos
|
Corak
|
Corak
|
|||
Januari
|
6,070.12
|
5,916.72
|
153.4
|
5,312.36
|
5,853.04
|
540.68
|
Februari
|
6,403.64
|
6,315.18
|
88.46
|
5,344.00
|
6,399.56
|
1,055.56
|
Maret
|
6,258.63
|
6,073.69
|
184.94
|
5,505.84
|
5,868.38
|
362.54
|
April
|
6,161.69
|
6,069.49
|
92.2
|
5,744.44
|
6,273.80
|
529.36
|
Mei
|
5,735.44
|
5,639.20
|
96.24
|
4,709.74
|
5,543.60
|
833.86
|
Juni
|
5,958.73
|
5,782.54
|
176.19
|
5,567.05
|
5,901.16
|
334.11
|
Juli
|
5,397.54
|
5,386.01
|
11.53
|
5,347.08
|
5,363.89
|
16.81
|
Agustus
|
5,827.05
|
5,802.74
|
24.31
|
5,508.41
|
5,888.58
|
380.17
|
September
|
6,071.27
|
5,776.29
|
294.98
|
5,044.64
|
5,668.02
|
623.38
|
Oktober
|
5,882.17
|
5,757.30
|
124.87
|
5,626.37
|
5,890.02
|
263.65
|
November
|
7,982.54
|
7,317.80
|
664.74
|
5,680.10
|
6,950.73
|
1,270.63
|
Desember
|
6,110.71
|
5,985.77
|
124.94
|
5,541.97
|
6,066.31
|
524.34
|
Tabel 13. Perbandingan Cost Of Goods Manufactured per yard
Antara Metode Tradisional dengan Metode Activity Based Costing selama tahun
2009
Berdasarkan informasi
dari Tabel 13, dapat diketahui bahwa Cost
Of Goods Manufactured per yard kain grey
polos yang diperoleh dengan metode tradisional menghasilkan Cost Of Goods Manufactured per yard yang
overcosted (lebih besar) dibandingkan dengan metode ABC. Sedangkan untuk kain grey corak Cost Of Goods Manufactured per yard yang diperoleh dengan metode
tradisional menghasilkan Cost Of Goods
Manufactured per yard yang undercosted (lebih kecil) dibandingkan dengan
metode ABC.
Perbedaan ini
disebabkan karena pembebanan biaya overhead
pada masing-masing produk. Pada metode biaya tradisional, biaya overhead hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung
terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead.
Pada metode ABC biaya overhead
dibebankan pada banyak cost driver sehingga
mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap produk secara lebih tepat
berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.
Pada metode tradisional cost driver yaitu jam mesin, sedangkan untuk metode ABC tidak hanya
menggunakan jam mesin tetapi juga kwh, total produksi, jam inspeksi, luas
lantai, kapasitas produksi, putaran produksi dan jam tenaga kerja manusia
sehingga menghasilkan tarif per unit yang lebih akurat.
E.
Simpulan
Jurnal
Meskipun metode tradisional lebih mudah
diaplikasikan karena hanya menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
dan biaya overhead pabrik, tetapi
perhitungan tersebut kurang tepat untuk menghitung Cost Of
Goods Manufactured karena tidak
mencerminkan konsumsi sumberdaya secara
lengkap dan akurat dalam proses produksinya.
Perhitungan Cost
Of Goods Manufactured metode tradisional untuk kain grey polos menghasilkan Cost
Of Goods Manufactured per yard yang lebih besar (overcosted) dibandingkan
dengan metode ABC, sedangkan Cost Of
Goods Manufactured metode tradisional untuk kain grey corak menghasilkan Cost
Of Goods Manufactured per yard yang lebih kecil (undercosted) dibandingkan dengan metode ABC.
Dalam metode ABC, perhitungan Cost Of Goods Manufactured mencatat biaya produksi yang benar-benar
mencerminkan pemakaian sumberdaya pada setiap proses produksinya. Meskipun
metode ABC menghasilkan Cost Of Goods
Manufactured yang rendah untuk kain grey
polos dan menghasilkan Cost Of Goods
Manufactured yang lebih tinggi untuk kain grey corak, tetapi perhitungan metode ABC benar-benar mencerminkan
konsumsi sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi. Informasi ini akan
sangat diperlukan oleh manajemen perusahaan dalam usaha melakukan efisiensi
produksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Daljono. (2004). Akuntansi
Biaya Penentuan Harga Pokok & Pengendalian. Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hansen, Don. R., Maryanne
M. Mowen. (2007). Managerial Accounting
(8th Edition). Thomson South-Western.
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan. www.kbbi.web.id. (Diakses 11 Oktober
2014).
Martusa, Riki., Stephanus
Ryan Darma., Verani Carolina. (2010). Peranan
Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Cost Of Goods Manufactured.
Morse, Wayne J., James
R. Davis dan A. L. Hartgraves. (1991). Management Accounting. South-Western
Pub. Co.
Mulyadi. (2000). Akuntansi
Biaya. Yogyakarta : Aditya Media.
Tunggal, Amin Widjaja.
(1995). Activity-Based Costing: Untuk Manufakturing dan Pemasaran. Jakarta:
Harvarindo.
thx kk. sngat membantu.
BalasHapusNice
BalasHapus